Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/02/2018, 11:22 WIB
Wisnubrata

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah pencapaian tidak selalu diartikan sebagai keberhasilan seseorang mendapat kekayaan, jabatan, atau ketenaran. Pencapaian bisa berupa kesetiaan untuk terus melangkah, menikmati setiap proses, atau merayakan sebuah kemajuan yang didapatkan hari ini, saat ini.

Merayakan dan menikmati setiap proses itu diwujudkan tujuh seniman dari enam kota di Indonesia saat mematrikan karya mereka pada patung the Striding Man, ikon Johnnie Walker.

Mereka "menghias" patung seukuran manusia tersebut dengan gaya masing-masing, sesuai dengan apa yang mereka maknai sebagai personal progress.

Muchlis Fachri alias Muklay, seniman visual asal Jakarta misalnya, meyakini bahwa sebuah langkah bisa menjadi awal dari perjalanan yang hebat. Ia menggambarkan langkah-langkah perjalanan hidupnya dalam berbagai simbol di patung The Striding Man.

Muchlis Fachri seniman asal Jakarta saat mengikuti Campaign Mark Your Step Johnnie Walker di Studio Palem, Duren Tiga, Jakarta, Selasa (14/02/2018). MAULANA MAHARDHIKA Muchlis Fachri seniman asal Jakarta saat mengikuti Campaign Mark Your Step Johnnie Walker di Studio Palem, Duren Tiga, Jakarta, Selasa (14/02/2018).
Di bagian kaki, Muklay menggambar karakter serupa hantu lucu yang ia sebut monster. "Ini merupakan hambatan yang sering dirasakan orang saat melangkah, yaitu takut memulai," ujarnya, saat ditemui di Jakarta, Rabu (14/2/2018). "Tapi ketakutan itu harus kita hadapi dengan terus melangkah."

Karenanya di bagian atas monster itu, ia juga menggambarkan tulang yang merupakan lambang kekuatan untuk melangkah.

Di bagian kaki lain, Muklay menuliskan kata REST, yang merupakan kematian terbesar bagi seniman. Sedangkan di bagian pinggul belakang ada kata FAME.

Foto: Sejumlah Seniman Berkreasi di Campaign Mark Your Step Johnnie Walker

"Berhenti berkarya adalah sandungan terbesar bagi seniman. Itu maksud kata REST. Sedangkan FAME saya letakkan di belakang karena bukan popularitas yang kukejar, tapi passion," katanya. "Artinya kita musti tetap maju dan terus berkarya dengan senang."

Menurut Muklay, apa yang digambarnya ini merupakan kisah perjalanan keseniannya, dari mulai berjualan stiker yang digambar sendiri hingga menjadi salah satu orang yang dipercaya bekerja untuk merek global. "Banyak tantangan dan hambatan, tapi semua diatasi dengan terus melangkah," paparnya.

Sedangkan Feby Elsadiora menggunakan seni untuk menyalurkan perasaannya. Ia menerapkan teknik kolase atau menempel sebagai penutup The Striding Man.

"Ini menjadi cara untuk mengendalikan emosi dan menyalurkan perasaan. Dengan teknik ini aku melatih kesabaran sekaligus memberi waktu untuk refleksi dan berpikir," ujar Feby di tempat yang sama.

Feby Elsadiora saat mengikuti Campaign Mark Your Step Johnnie Walker di Studio Palem, Duren Tiga, Jakarta, Selasa (14/02/2018). MAULANA MAHARDHIKA Feby Elsadiora saat mengikuti Campaign Mark Your Step Johnnie Walker di Studio Palem, Duren Tiga, Jakarta, Selasa (14/02/2018).
Ia menggambarkan seninya itu sebagai onward movement of psychological project, langkah maju perjalanan psikologi. "Aku jadi bisa mengapresiasi proses sekaligus menjadi lebih baik lewat langkah-langkah kecil," kata Feby.

Teknik yang ia gunakan memang terlihat rumit. Feby harus menempel ribuan potongan kertas di patung seukuran manusia dewasa dan memastikan ada keserasian di sana. "Setiap potongan ini menjadi simbol perjalananku, sebuah pengakuan atas semua pencapaian kecil yang membawaku ke sini."

Bagi Feby, lebih baik untuk hidup setiap saat secara maksimal daripada menunggu pencapaian besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com