Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/02/2018, 23:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber Alodokter

KOMPAS.com - Bahan makanan organik kerap disebut lebih sehat dibandingkan bahan makanan yang dikembangkan dengan pertanian dan peternakan non-organik.

Benarkah demikian?

Perbedaan utama bahan makanan organik dengan non-organik bisa dilihat dari cara petani dan peternak memproses sayur, buah, biji-bijian, dan daging yang akan dijual untuk dikonsumsi.

Petani dan peternak organik tidak menggunakan bahan-bahan sintetis seperti pestisida dan pupuk pada tanaman, atau suntik antibiotik pada hewan yang mereka pelihara.

Banyak orang mulai memilih untuk membeli bahan makanan organik dibanding bahan yang dikembangkan dengan metode konvensional karena beberapa alasan, antara lain:

1. Diklaim tidak mengandung pestisida

Petani konvensional pada umumnya menggunakan pestisida sintetis untuk melindungi sayuran dan buah dari jamur, hama, dan serangga.

Pestisida ini akan terus meninggalkan residu yang menempel pada sayuran dan buah sehingga dikhawatirkan berisiko pada manusia yang mengonsumsinya.

Berbeda dengan petani konvensional, petani organik menggunakan predator alami atau perangkap serangga untuk memberantas hama dan serangga.

Meski demikian, jika ada penggunaan pestisida pada bahan makanan organik maupun non-organik, umumnya tidak melebihi kadar yang dianjurkan pemerintah.

Baca: Makanan Organik Bukan Satu-satunya Solusi Hindari Pestisida

Ada banyak hal yang harus dipenuhi produsen jika ingin mencantumkan label ’organik’ pada bahan makanan yang akan dijual,  di antaranya:

- Tanaman tidak ditumbuhkembangkan dengan pestisida termasuk herbisida, pupuk sintetis, limbah lumpur, bioteknologi, atau radiasi ion.

- Daging dapat diberi label organik jika hewan yang diternakkan diberi pakan organik dan tidak diberi antibiotik dan hormon pertumbuhan.

-Hewan-hewan tersebut juga harus cukup mendapat akses ke tempat terbuka seperti rumput di tanah lapang.

2. Diklaim tidak mengandung bahan tambahan

Bahan tambahan yang dimaksud di sini misalnya bahan pengawet, pemanis buatan, monosodium glutamate (MSG), atau bahan pewarna dan perasa.

3. Diklaim lebih ramah lingkungan

Pertanian organik bertujuan menjaga kelestarian air dan tanah dengan mengurangi polusi bahan pestisida sintetik.

4. Terasa lebih enak

Hal ini bisa jadi dikarenakan pertanian organik umumnya mengolah tanaman dalam jumlah terbatas dan langsung menjualnya ke pasar terdekat dari lokasi pertanian tersebut.

Makanan yang segar tentu akan terasa lebih enak.

Baca: Ini Dia, Sayur dan Buah Paling Banyak Residu Pestisida

Sisi lain makanan organik

Lantas, apakah bahan makanan organik benar-benar membawa manfaat kesehatan?

Belum ada jawaban yang pasti soal ini karena sangat sedikit bukti yang menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan organik benar-benar membawa manfaat kesehatan yang lebih banyak dibanding makanan konvensional.

Meski banyak membawa manfaat, ada beberapa konsekuensi yang harus kita tanggung jika mengonsumsi makanan organik, antara lain:

- Harga bahan makanan organik lebih tinggi dibanding bahan makanan konvensional karena pertanian dan peternakan organik memerlukan metode perawatan khusus.

-Bahan makanan organik lebih cepat membusuk karena tidak mengandung unsur pengawet.

-Karena tidak menggunakan pestisida dan bahan tambahan lain, bentuk dan penampilan makanan organik mungkin tidak semenarik bahan makanan konvensional.

-Warnanya barangkali tidak begitu cerah, ukurannya tidak begitu besar, atau terdapat lubang lubang pada sayur atau buahnya.

-Pestisida sintetis bukanlah satu-satunya hal yang mengancam kesehatan makanan karena terdapat juga racun alami yang digunakan sebagai pestisida organik untuk melindungi tanaman. Solanin adalah salah satu contohnya. 

Konsekuensi-konsekuensi di atas tidak berarti bahwa kualitas bahan makanan organik bisa lebih rendah daripada makanan non-organik, sebab standar keamanan makanan yang diterapkan harus sama.

Baca: Waspadai, Makanan Berbahaya untuk Ibu Hamil

Sehatkah untuk bayi?

Penelitian menemukan, tidak ada perbedaan dalam hal kandungan nutrisi yang terdapat dalam bahan makanan organik dibandingkan dengan makanan yang dikembangkan pertanian konvensional.

Hanya beberapa jenis saja, seperti susu organik yang memiliki kandungan asam lemak omega-3 lebih tinggi daripada susu non-organik yang berguna sebagai perlindungan dari penyakit jantung.

Poin penting dari memberikan makanan organik pada bayi adalah berkurangnya risiko anak terpapar pestisida yang umumnya terdapat dalam bahan makanan dalam buah dan sayur yang ditanam secara konvensional.

Hal ini dikarenakan bayi lebih berisiko mengalami gangguan akibat paparan pestisida dibanding orang dewasa.

Meski demikian, sebenarnya kadar pestisida dalam bahan makanan non-organik umumnya juga tidak melebihi batas maksimal yang ditetapkan pemerintah.

Hewan yang diternakkan tidak secara organik kemungkinan telah menerima suntikan antibiotik atau pengobatan lain untuk mencegah risiko penyakit.

Baca: Yoga dan Aerobic Bisa Meminimalisir Risiko Penyakit Jantung

Beberapa peneliti percaya bahwa kandungan bahan ini dalam tubuh hewan yang dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan. Namun kebenaran hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

Meski demikian, jika hewan yang diternakkan dengan cara organik dalam kondisi sakit, terkadang ia juga perlu ditangani dengan suntik antiobiotik atau obat-obatan lain.

Hal terpenting di atas pilihan organik atau tidak adalah memberikan nutrisi yang cukup dan lengkap bagi si bayi.

Sebab, makanan organik tidak selalu berarti pilihan lebih sehat.

Bagaimana agar lebih sehat?

Orang yang mengonsumsi sayur dan buah organik lebih tidak berisiko terpapar residu pestisida.

Begitu juga yang mengonsumsi daging yang diternakkan secara organik lebih tidak berisiko terpapar bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Meski demikian, belum ditemukan manfaat kesehatan yang signifikan dari mengonsumsi bahan makanan organik.

Terdapat banyak faktor lain yang menentukan kesehatan seseorang di samping pilihan konsumsi makanan organik atau konvensional.

Sebenarnya, hal terpenting bukanlah pada apakah bahan makanan kita organik atau bukan.

Yang terpenting, pastikan kita selalu memproses bahan-bahan makanan tersebut sebelum dikonsumsi dengan beberapa cara di bawah ini.

-Untuk mendapatkan bahan makanan segar, belilah buah dan sayur sesuai musimnya, atau lebih baik lagi belilah langsung dari petani lokal.

-Cuci buah dan sayuran di bawah air mengalir sebelum dikonsumsi atau diolah. Dengan mencuci, umumnya kotoran, debu, bakteri, dan bahan kimia yang menempel pada lapisan kulit akan hilang.

Baca juga: Minum Jus Buah Setiap Hari Belum Tentu Sehat

Meski demikian, tetap ada bahan pestisida tertentu yang tidak dapat hilang dengan dicuci. Ini bisa diatasi dengan mengupas kulitnya untuk mengurangi risiko paparan pestisida.

Di sisi lain, mengupas kulit buah atau sayur tertentu memang berisiko menghilangkan sebagian serat dan nutrisi.

Mengonsumsi berbagai jenis sayur, buah, dan protein hewani dapat mengurangi risiko paparan terhadap satu jenis pestisida.

Bacalah label makanan kemasan dengan baik. Walaupun diberi label organik, namun bisa saja produk tersebut masih mengandung kalori, gula, dan garam dalam kadar berlebihan.

Jika ingin mendatangkan nutrisi maksimal, -baik makanan organik maupun non-organik, konsumsilah sayur dan buah dalam keadaan segar.

Nutrisi yang terdapat dalam makanan bisa mengalami oksidasi dari waktu ke waktu.

Sebagai contoh, meskipun kita memiliki buah jeruk organik, namun jika kita menyimpannya sekian lama dalam lemari pendingin, maka akan banyak nutrisi yang hilang dari buah jeruk tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Alodokter
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com