Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/03/2018, 16:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - "Di sini ada yang minum teh sehari delapan gelas? Enggak ada. Padahal kita salah satu produsen teh utama di dunia."

Kalimat itu meluncur dari mulut Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito dalam sebuah acara diskusi di Jakarta Creative Hub, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2018) kemarin.

Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada itu memandang, kondisi tersebut sebagai hal yang menjadi keprihatinan bangsa.

Sebab, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen teh terbesar di dunia.

Jaman dulu, kata dia, orang-orang Belanda menganggap tanah Indonesia subur sehingga mereka membangun kebun-kebun teh. Jumlahnya saat itu mencapai sekitar 130 kebun teh.

Mutu teh Indonesia pun sudah terbukti sangat baik. Belanda pun mendapatkan untung besar dari bisnis teh tersebut.

Baca juga: Konsumsi Teh Buah, Keripik Asin dan Asam Bisa Merusak Gigi, Benarkah?

Namun kesadaran memelihara kebun teh menurun sejak kemerdekaan. Pernah menduduki posisi keempat dunia, dalam kurun waktu 10 tahun Indonesia, turun ke posisi kelima.

Dalam 30 tahun kemudian posisi RI merosot ke nomor tujuh.

Produksi terus merosot, karena kebun teh semakin tak terperhatikan. Jumlahnya pun semakin terkikis dengan lahan-lahan yang "disulap" menjadi real estate.

Kondisi inijuga berimbas pada tingkat konsumsi teh orang Indonesia yang menurut Murdijati sangat memprihatinkan.

"Tingkat konsumsinya dari 115 negara, kita nomor 105. Jadi hasil kita sendiri tidak kita sayangi dan tidak kita konsumsi," tutur dia.

Ia melihat, ada sebuah kebiasaan di masyarakat dan juga ketidaksadaran akan manfaat teh yang sangat baik bagi kesehatan.

Anak muda pun, menurut dia, semakin berkurang yang senang mengkonsumsi teh asli Indonesia.

"Akhirnya masyarakat lebih mengenal minuman lain yang notabene minuman asing dibandingkan minun teh sendiri," ujar Murdijati.

Padahal, teh mengandung manfaat yang sangat baik. Salah satunya kandungan antioksidan yang tinggi.

Baca juga: Jangan Asal-asalan, Begini Cara Seduh Teh Agar Khasiat Maksimal

Menurut dia, dibutuhkan lebih banyak promosi yang dilakukn sepanjang waktu agar masyarakat Indonesia memahami manfaat teh dan memahami cara membuat teh baij sehingga bisa dinikmati.

"Ini disayangkan, dan tidak hanya terjadi pada teh saja tapi juga kopi dan rempah. Padahal, kita ingat kejayaan dulu sebetulnya dari situ. Itu yang jadi tantangan kita bersama," tutur dia.

Dihimpun dari sejumlah pemberitaan KOMPAS Lifestyle sebelumnya, teh memiliki beragam manfaat.

Di antaranya mengurangi kolesterol dalam tubuh, menurunkan hipertensi, penangkal kanker, menurunkan risiko diabetes dan jantung, hingga kekebalan tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com