Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Puisi Nge-Rock", Cara Baru Kenalkan Sastra pada Generasi "Zaman Now"

Kompas.com - 05/03/2018, 08:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Musik rock sudah tak asing lagi bagi telinga generasi "zaman now". Musik "keras" ini memang cocok untuk menggambarkan kondisi kaum muda yang identik dengan semangat membara dan berapi-api.

Lewat pentas 'puisi nge-rock' yang berlangsung di Balai Soedjatmoko, Solo, pada sabtu (3/3/2018), Yudhistira ANM Massardi memperkenalkan karya terbarunya yang berjudul "Luka Cinta Jakarta" dengan konsep musikalisasi puisi.

Sastrawan peraih penghargaan Dewan Kesenian Jakarta berkat karya berjudul 'Sajak Sikat Gigi' ini juga mengaku, pergulatan yang kini terjadi di Jakarta telah memberinya inspriasi untuk menulis buku puisi bertema cinta tersebut.

"Isi buku terbaru saya yang paling banyak ditampilkan malam ini berisi pergulatan Jakarta, khususnya di tahun terakhir ini."

"Di tengahnya 'kan ada gejolak pilkada yang menyebabkan perpecahan bangsa kita ini," ucap pria berusia 64 tahun tersebut.

Menurut dia, kumpulan puisi tersebut adalah 'monumen' yang ingin ia persembahkan untuk Jakarta.

Bagi dia, keadaan yang berlangsung di Jakarta telah mampu mewakili prototipe dari situasi bangsa secara keseluruhan.

"Jadi, saya ingin menaburkan dan mengembalikan cinta pada kehidupan. Intinya bagaimana cinta itu ditemukan kembali supaya kita bisa menjadi Indonesia yang indah," tambah dia. 

Bukan tanpa sebab sastrawan kelahiran Subang ini memilih musik rock. Genre musik populer ini dipilihnya sebagai alternatif untuk menularkan semangat literasi kepada kaum muda.

"Musik rock ini saya gunakan sebagai media untuk memperkenalkan sastra pada anak muda."

"Jadi, saya coba melakukan musikali puisi dengan musik rock. Musikalisasi puisi ini 'kan biasanya terbatas pada musik balada atau musik country," kata Yudhistira.

Baca: Pintar Main Musik Bikin Pria Digilai Wanita

Dalam pentas 'puisi nge-rock' tersebut Yudhistira mengandeng sang lady rocker Reny Jayusman dan Fajar Merah yang merupakan putra dari penyair Wiji Thukul.

Selain itu, Sastrawan yang masih aktif berkarya ini juga menggandeng musisi muda asal Solo Gema Isyak.

"Selain menggunakan musik rock, saya juga menggandeng musisi muda. Yah, ini salah satu cara menggaet kaum muda supaya cinta sastra." 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com