Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/03/2018, 09:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SOLO,KOMPAS.com - Sebagian besar orang sudah tak asing lagi dengan nama Wiji Thukul.

Apalagi, berkat kehadiran film "Istirahatlah Kata-kata" yang sempat "nangkring" di bioskop Indonesia membuat nama Wiji Thukul semakin dikenal masyarakat.

Ia menjadi korban rezim orde baru.  Wiji Thukul harus terpisah dari anak dan istirinya. Keberadaan sastrawan sekaligus aktivis hak asasi manusia itu, hingga kini tak diketahui. 

Namun, karyanya yang kerap menyuarakan penderitaan rakyat tak pernah mati.

Baca juga: Aktivis Desak Usut Tuntas Kasus Pembubaran Pameran Seni Wiji Thukul

Kini anak-anak Wiji Thukul telah tumbuh dewasa. Darah seni dari Wiji Thukul rupanya mengalir deras dalam diri anak-anaknya, tak terkecuali Fajar Merah.

Fajar adalah putra kedua Wiji Thukul.

Rambut ikal dan tubuh kurusnya membuatnya nampak seperti Wiji Tukul di waktu muda.

Tapi, sedikit berbeda dengan ayahnya, ia memilih jalur musik untuk menyuarakan aspirasinya selama ini.

Di temui di sela-sela pertunjukan pentas "pusi nge-rock" yang berlangsung di Balai Soedjatmoko, Solo, Sabtu malam (3/3/2018), pemuda berusia 21 tahun tersebut mengakui pengaruh sang ayah.

Dia menyebut karya Wiji Thukul yang berjudul "Bunga dan Tembok" telah memberinya rasa percaya diri untuk berkarya.

"Berkat puisi bapak, saya jadi mulai percaya diri menulis lagu," ucap Fajar.

Fajar Merah juga menceritakan, bakat bermusiknya tersebut berkembang secara otodidak.

Fajar memang sempat mengenyam pendidikan seni di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta, yang saat ini berubah nama menjadi SMK Negeri 8 Surakarta.

Namun, pendidikan tersebut tak dituntaskannya.

Baca juga: Pemeran Wiji Thukul Mengaku Terbantu Gigi Palsu

"Yang aku harapkan gak tercapai. Aku berharap tiap hari dapat pendidikan musik full sehari."

"Ternyata pelajaran musiknya masih disamakan dengan ekstrakurikuler. Yah, jadi kecewa terus keluar aja, dan belajar musik dari teman-teman juga Youtube," ujar dia.

Meski mengaku tak memiliki kenangan khusus dengan ayahnya, Fajar merasa bisa mengenal ayahnya dari cerita ibu dan kakaknya serta puisi karya sang ayah.

"Aku memang enggak pernah kenal sama bapak. Tapi, tahu bapak dari cerita kakak dan ibu. Apalagi sejak ada film tentang bapak, jadi dapat gambaran yang lebih jelas tentang dia," ujarnya.

"Semangat berkarya bapak itu, loh, yang sangat menginspirasiku. Apalagi cerita yang aku dengar selama ini, meski bapak dalam masa buronan, dia tetap berkarya."

"Dalam kondisi apa pun dia tetap menulis. Itu yang jadi semangat aku untuk tetap berkarya," tambah dia.

Fajar juga berkata bahwa dia sebenarnya masih menyimpan sedikit harapan untuk bertemu dengan sang ayah.

"Kalau misal bisa ketemu bapak, aku cuma mau bilang gini  'Pak, ini aku sudah bisa bikin puisimu jadi lagu'," ucap Fajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com