Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2018, 07:57 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Putus cinta memang menyakitkan, terlebih jika kita adalah pihak yang ditinggalkan. Walau waktu akan menyembuhkan patah hati, tetapi sebenarnya kondisi ini bisa memengaruhi kita jauh lebih parah dari yang kita sadari.

Dalam sebuah pemindaian otak dengan MRI terungkap bahwa putus cinta dapat mengaktifkan mekanisme otak yang serupa dengan para pecandu saat berhenti mengonsumsi narkoba.

Namun, menurut psikolog Guy Winch, berapa lama rasa sakit karena patah hati bertahan, tergantung dari diri kita sendiri.

"Cinta itu adiktif dan patah hati membuat kita mengalami gejala putus obat (withdrawl) yang kuat," katanya.

Inilah yang membuat kita terobsesi dengan sang mantan. Kita merasa menginginkan si dia seolah-olah ia adalah obat yang telah dicuri.

Tak heran jika kita sulit move on karena kita menganggap si mantan adalah orang yang ideal sehingga mendistorsi ingatan kita. Pada akhirnya, kita selalu berpikir bahwa apa yang kita pikirkan tersebut adalah sebuah kebenaran.

"Pastikan setiap pikiran yang dimiliki tentang mantan adalah realistis dan seimbang," ucapnya.

Wich menyarankan agar kita perlu memikirkan hal-hal yang membuat kita kesal dan marah pada si mantan ketika hal-hal manis bersamanya kembali muncul di pikiran kita.

(Baca :Benarkah Patah Hati Bisa "Sembuh" dalam 11 Minggu?)

Menuliskan daftar alasan mengapa hubungan asmara tersebut tidak berjalan dengan baik adalah cara yang tepat untuk bangkit dari patah hati.

Aspek rumit lainnya dari patah hati adalah perasaan "dicampakkan". Perasaan ini kerap membuat kita menghabiskan hari-hari secara menyedihkan, sementara orang yang membuat kita patah hati tetap menjalani hidupnya meskipun tanpa kita.

Mengapa sangat sulit untuk sembuh dari patah hati?

Jawabannya mungkin tampak jelas, tapi Winch menjelaskan bahwa sangat penting untuk memahami sepenuhnya ketidakcocokan yang dimiliki dengan si mantan agar kita benar-benar move on.

Sementara putus cinta terasa mendadak bagi pihak yang dicampakkan, sebenarnya mantan bisa jadi telah lama kehilangan rasa cintanya sebelum memutuskan untuk putus.

"Pada saat perpisahan terjadi, mereka pada dasarnya sudah selesai dengan hubungan tersebut. Namun, orang yang dicampakkan hanya mencari tahu dan berada dalam tahap awal kesedihan dan kehilangan," ucapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com