Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menarik, Kombinasi Keroncong dan Wayang Jadi "Congwayndut"

Kompas.com - 09/03/2018, 10:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SOLO,KOMPAS.com - "Congwayndut" yang merupakan singkatan dari Keroncong Wayang Gendut, yang berusaha mendobrak pakem demi melestarikan budaya lokal.

Dwi Suryanto yang akrab disapa "Gendut" mementaskan lakon wayang dengan gaya humoris yang berhasil mengocok perut para penonton yang hadir di Balai Soejatmoko, Solo, Rabu (7/3/2018) lalu.

Pria berusia 37 tahun tersebut mengaku, kombinasi musik keroncong dan wayang ini adalah salah satu upaya untuk membuat seni tradisional wayang diminati generasi muda.

"Keroncong 'kan musik yang identik dengan Jawa, terutama Solo. Biar anak muda juga suka, maka saya dan teman-teman mengkombinasikannya dengan jenis musik lainnya."

"Yah, menyesuaikan situasi pertunjukan," ucap pria berkulit sawo matang ini saat ditemui usai pertunjukan.

Baca juga: Soeharto Semedi dan Diponegoro dengan 7 Istri, Muncul di Solo

Kelompok "Congwayndut" telah berdiri sejak tahun 2010, dan telah melakukan pertunjukan di berbagai daerah bahkan di luar negeri.

"Saya mendirikan kelompok ini tidak sendirian ada sekitar 15 orang. Saya juga dibantu teman teman dan tujuannya untuk meregenerasi penggemar wayang."

"Kami takut kalau nanti wayang ini tidak lagi diminati anak muda," tambah dia.

Dalam setiap penampilannya, rombongan wayang humor asal Solo ini tak melulu memakai bahasa Jawa.

Dwi Suryanto bercerita, bahasa yang digunakan dalam setiap penampilan juga turut menyesuaikan siapa penonton yang hadir.

Baca: Bermula dari era Mangkunegaran VI, Begini Kisah Wayang Orang Sriwedari

"Waktu di Singapura, kami tampil pakai bahasa melayu. Responnya sangat positif sekali. Orang-orang 'kan selama ini mengira bahwa wayang hanya bisa diiringi oleh gamelan."

"Tapi nyatanya, kelompok kami telah membuktikan bahwa wayang bisa diiringi oleh alat musik apa pun," ucap dia.

Uniknya lagi, kelompok wayang humor ini tak hanya beranggotakan masyarakat yang berasal dari Jawa.

Muhammad Subhan, salah satu anggota "Congwayndut" yang berasal dari Makassar mengaku tertarik untuk bergabung karena merasa bahwa keroncong wayang bisa menjadi salah satu tontonan alternatif.

"Kalau kita mengejar pakem tradisi wayang sangat sulit. Kebetulan teman-teman di sini punya latar belakang etnomusikologi di luar dari karawitan Jawa," ucap Subhan.

Pria berkacamata ini juga menjelaskan, alat musik yang dipakai dalam setiap pertunjukan "Congwayndut" tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Alat musik yang saya mainkan tadi, contohnya, itu perkusi yang namanya taganing. Itu alat musik etnik dari Sumetera Utara."

"Nah, kita juga tampil pakai kendang dari Jawa Barat," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com