Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/03/2018, 12:10 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terlalu sering menonton televisi, misalnya lebih dari 4 jam setiap hari, bukanlah kebiasaan yang sehat. Gaya hidup kurang bergerak seperti ini membuat kita rentan terkena berbagai penyakit, salah satunya kanker usus besar.

Penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa tingkat aktivitas fisik yang tinggi dapat menurunkan risiko kanker usus.

Kini, tim peneliti dari Inggris telah meneliti konsistensi hubungan aktivitas fisik dan kanker usus dengan sampel penelitian yang lebih besar, yaitu berjumlah 430.000 pria dan wanita.

Hasilnya, gaya hidup kurang bergerak (sedentari) seperti menonton televisi terlalu lama dan penggunaan komputer yang berlebihan dikaitkan dengan 35 persen peningkatan risiko kanker usus pada pria. Namun, hal ini tidak berlaku pada wanita.

"Menonton televisi mungkin terkait dengan perilaku lain, seperti merokok, minum dan makan camilan lebih banyak, dan kita tahu bahwa hal-hal ini dapat meningkatkan risiko kanker usus besar," papar ketua peneliti dr Neil Murphy seperti dikutip dari situs Independent.co.uk.

Dia menambahkan bahwa jarang beraktivitas fisik juga sering dikaitkan dengan penambahan berat badan dan penumpukan lemak dalam tubuh.

"Kelebihan lemak tubuh dapat mempengaruhi kadar hormon dan zat kimia lainnya yang mempengaruhi proses pertumbuhan sel dan bisa meningkatkan risiko kanker usus," kata Murphy.

Emma Shields dari Cancer Research UK mengatakan bahwa kanker usus biasanya berawal dari usus besar atau bagian rektum. Penderita kanker usus di dunia cukup tinggi.

Menurut informasi dari Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kemenkes RI pada tahun 2017, jumlah penderita kanker usus di Indonesia mencapai 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa. Tingkat kematian akibat kanker ini mencapai 9,5 persen dari total seluruh kasus kanker.

"Jika kanker ini dideteksi lebih awal, lebih dari 99 persen orang akan selamat dari peyakit ini setidaknya mereka bisa bertahan hingga 5 tahun," papar Emma Shields.

Mengetahui apa yang tidak normal pada tubuh dan memeriksakannya ke dokter adalah langkah yang baik. Hal yang tak biasa tersebut memang belum tentu gejala kanker, namun mendiagnosis dan mengobatinya lebih awal dapat membuat perbedaan nyata.

Penelitian yang dipublikasikan di British Journal of Cancer ini merupakan salah satu yang terbesar sampai saat ini untuk menganalisis hubungan antara kanker usus dan aktivitas fisik yang kurang.

Namun, menurut Paul Pharoah seorang profesor epidemiologi kanker dari University of Cambridge bukan menonton televisi yang menyebabkan kanker, tetapi durasi waktunya.

"Temuan dari penelitian ini bukanlah hal yang baru. Sudah lama diketahui bahwa aktivitas fisik terkait dengan penurunan risiko kanker usus besar, dan penelitian ini menegaskan hubungan ini," tambahnya.

(Baca :Godaan Iklan Makanan di TV Bikin Gemuk.)

Salah satu hal menarik dari hasil studi ini adalah menonton televisi memberi pengaruh lebih besar pada kejadian kanker. Ini karena di televisi kita melihat iklan-iklan makanan tidak sehat.

Riset yang dilakukan Cancer Research UK mengatakan bahwa mereka yang menonton televisi dengan tayangan iklan cenderung mengonsumsi minuman ringan dan 65 persen lebih besar kemungkinannya untuk mengasup makanan cepat saji. Akibatnya tentu berat badan akan bertambah.

"Sangat menarik bahwa hanya pria yang banyak menonton televisi yang memiliki risiko kanker usus besar, tapi bukan wanita. Riset ini tidak melihat secara langsung, tapi bisa juga karena pria mungkin merokok, minum dan makan lebih tidak sehat daripada wanita saat menonton TV," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com