KOMPAS.com - Sekitar dua dekade lalu, bukan hal aneh melihat orangtua memukul bokong anak mereka sebagai hukuman ketika anak-anaknya "nakal". Kini, para ahli perkembangan anak menentang cara mendisiplinkan tersebut.
Perdebatan mengenai boleh tidaknya memukul anak, terutama memukul bagian bokong dengan tangan kosong (spanking) untuk memberi pelajaran sempat ramai.
Banyak pakar psikologi menyarankan agar tidak menggunakan hukuman fisik saat mendisiplinkan anak. Sementara yang lain menganggap dampak buruk memukul anak terlalu dibesar-besarkan.
Menurut laporan UNICEF, seperti dikutip dari CNN.com, di seluruh dunia hampir 300 juta anak berusia 2-4 tahun mendapat berbagai bentuk hukuman fisik dari orangtua atau pengasuhnya.
Hukuman fisik tersebut termasuk memukul bokong anak, mengguncang-guncangkan tubuhnya, atau meninju salah satu bagian tubuh dengan tangan atau alat lain.
"Tapi, secara umum kebanyakan orangtua berusaha menjelaskan kepada anaknya mengapa perilaku tertentu salah," kata pakar statistik dan monitoring UNICEF, Claudia Cappa.
Ia menambahkan, kebanyakan orangtua juga menggunakan beberapa metode mendisiplinkan anak.
"Mereka menggunakan cara kekerasan dan juga nonkekerasan, mereka mengombinasikan hukuman fisik dan agresi psikologi seperti berteriak atau menjerit," katanya.
Dampaknya
Para pakar mengatakan bahwa memukul anak terkait dengan perilaku negatif pada anak, misalnya gangguan mental saat dewasa, agresif, bahkan lebih menyukai kekerasan.
"Ada kesepakatan dari para pakar bahwa memukul bokong anak berdampak buruk. Salah satu penjelasannya adalah karena memukul akan merusak ikatan emosional antara anak dan pengasuhnya," kata profesor bidang kerja sosial Andre Grogan-Kaylor, dari Universitas Michigan.
Untuk mengetahui bagaimana efek jangka panjangnya pada anak, Grogan-Kaylor dan timnya menganalisa beberapa penelitian mengenai hukuman fisik pada anak yang dilakukan dalam 50 tahun terakhir dan melibatkan lebih dari 160.000 anak.
"Dari beberapa desain studi, negara, dan kelompok usia, memukul anak terkait dengan efek negatif pada anak," katanya.
(Baca juga: 10 Langkah Menjadi Ibu yang Lebih Baik di 2018)
Menurut Larzelere, jika hukuman fisik diterapkan bukan sebagai metode tunggal, namun sebagai "cadangan" jika metode pendisiplinan lain tidak berjalan, maka efeknya tidak akan terlalu buruk pada anak.