Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/03/2018, 12:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, semakin banyak para orangtua yang memilih jalur pendidikan informal untuk anak-anaknya dengan sekolah rumah (homeschooling).

Salah satu faktor yang membuat minat masyarakat memilih jalur pendidikan ini adalah karena informasi yang semakin luas. Demikian menurut Yulianti Hendra, salah satu penulis buku "Home Learning: Belajar Seru Tanpa Batas" sekaligus pengurus Jakarta Homeschool Club.

"Kelihatannya meningkat dibanding waktu saya mulai dulu. Dulu informasinya susah tapi sekarang sudah banyak. Jadi lebih banyak yang berani untuk menjalankan," kata Yuli di sela peluncuran bukunya di Gramedia Matraman, Jakarta, Kamis (15/3/2018).

Yuli menambahkan, beberapa alasan umum para orangtua memilih jalur homeschooling, misalnya karena kurang puas dengan sistem pendidikan di Indonesia atau kurang sesuai untuk anak mereka. Salah satunya karena kurikulum yang dianggap terlalu berat.

Di samping itu, beberapa orangtua memilih homeschooling untuk anak berkebutuhan khusus.

Variasi umur anak memulai homeschooling beragam. Namun, menurutnya banyak orang tua yang mulai cari tahu saat anaknya di Taman Kanak-Kanak (TK) atau bahkan aejak awal memiliki visi untuk memilih homeschooling.

"Ada juga yang anaknya sudah sekolah reguler terus kecewa, ketemu problem. Itu ada juga yang baru berpikir cari sekolah alternatif," tuturnya.

Penulis buku Home Learning: Belajar Seru Tanpa batas, Ning Nathan, Yulianti Hendra dan Natalia Ridwan (paling kiri ke kanan) dalam peluncuran buku di Gramedia Matraman, Jakarta, Kamis (15/3/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Penulis buku Home Learning: Belajar Seru Tanpa batas, Ning Nathan, Yulianti Hendra dan Natalia Ridwan (paling kiri ke kanan) dalam peluncuran buku di Gramedia Matraman, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
Sementara itu, Natalia Ridwan, yang juga menulis buku yang sama, mengaku sempat menyekolahkan anak pertamanya di sekolah reguler hingga kelas 3 SD. Ada beberapa alasan yang membuatnya kemudian memilih homeschooling bagi anaknya.

Salah satunya adalah saat anaknya kerap berbicara kotor dan kurang sopan saat kelas 2 SD. Kata-kata itu didapatkannya dari lingkungan sekolah.

"Saya bilang, itu kata-kata yang enggak bagus harusnya enggak diucapkan. Tapi itu berulang. Akhirnya kenapa saya enggak tarik saja anak saya untuk homeschooling," ucap Natalia.

Selain itu, anaknya juga pernah "mogok" belajar karena melihat teman-temannya suka menyontek.

"Dia bilang, 'buat apa belajar? Semua teman-teman nyontek'. Itu kelas 3 SD. Jadi bagi saya, setiap keluarga punya prioritas. Prioritasnya dia harus punya attitude. Banyak orang pintar tapi orang pintar yang berattitude baik tidak banyak," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com