KOMPAS.com - Tumpukan pernak-pernik di laci, baju yang digantung di belakang pintu, atau tas yang lebih dari satu di sudut ruangan, mungkin adalah pemandangan yang sering kita jumpai di rumah.
Selalu ada rasa sayang dan takut untuk mengurangi jumlah barang yang kita simpan di rumah. Padahal, sejujurnya kita sering bingung mau disimpan di mana lagi baju, buku, atau hiasan rumah, yang selalu kita beli.
Para ahli psikologi mengungkapkan, barang-barang yang menumpuk itu sebenarnya bisa jadi sumber stres kita yang sering tidak disadari.
"Jika rumah, mobil, atau meja kerja kita, sering terlihat penuh dan berantakan, kita akan merasa kewalahan dan terbebani," kata psikolog Sherry Benton PhD.
Sebaliknya, ketika ruangan terasa lega dan rapi, kita pun akan merasa tenang.
Penelitian tahun 2009 yang dimuat dalam The Personality and Social Psychology Bulletin menunjukkan, wanita yang menggambarkan kondisi rumahnya berantakan cenderung lebih mudah depresi.
Sebenarnya ini tidak mengejutkan, karena banyak penelitian mengaitkan antara rumah yang rapi dengan kebiasaan sehat pemiliknya. Pemilik rumah yang rapi cenderung lebih sering bergerak aktif atau makan sehat.
Menurut Benton, kondisi pikiran kita dan ruangan di rumah ternyata saling terkait.
"Ketika seseorang merasa panik, depresi, atau cemas, sulit baginya untuk fokus mengatur satu ruangan. Malah, kebiasaan menimbun barang seringkali merupakan gejala dari gangguan mental," katanya.
Keinginan membereskan ruangan juga sangat terkait dengan mood, terkadang orang merasa ada bagian yang harus diutamakan dibanding yang lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.