KOMPAS.com - Mendengkur alias ngorok saat tidur kerap dipandang sebagai masalah yang sepele.
Banyak orang yang tidur dengan suara keras, tapi terlihat bisa tetap lelap dan beristirahat dengan baik.
Tapi, apakah benar demikian? Bagaimana dengan ibu hamil yang tidur mendengkur? Adakah ada risiko bagi bayi yang ada di dalam kandungannya?
James J. Herdegen, seorang pakar pulmonologi memberikan penjelasan tentang masalah ini, seperti dilansir laman Babycenter.com.
Baca juga: Anak Suka Mendengkur Bisa Berujung Obesitas
Pulmonologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran dan subspesialisasi dari ilmu kedokteran penyakit dalam.
Pulmonologi mencakup pengobatan penyakit yang menyerang sistem pernapasan. Cabang ilmu ini berkaitan dengan seluruh gangguan paru-paru, saluran pernapasan atas, rongga dada, dan dinding dada.
Nah, menurut James J. Herdegen, mendengkur pada ibu hamil bisa mendatangkan efek negatif bagi janin.
Mengapa demikian?
Menurut Herdegen, jika seseorang melewati istirahat malamnya dengan mendengkur, maka ada risiko sleep apnea yang mengintai.
Baca juga: Sering Ngorok dan Mengantuk Saat Siang? Waspadai Sleep Apnea
Semenatara, sleep apnea bisa menjadi penyebab putusnya aliran pernafasan untuk sementara waktu di tengah kondisi tidur. Ketika kondisi berhenti nafas itulah tubuh mengalami kondisi kekurangan oksigen.
Selama ini, sleep apnea di masa kehamilan telah dikaitkan dengan sejumlah kasus pada ibu hamil.
Misalnya, edema yang lebih besar (pembengkakan), kantuk di siang hari, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan hiperglikemia (gula darah tinggi).
Edema adalah akumulasi cairan di dalam jaringan yang menyebabkan tangan, pergelangan kaki, kelopak mata, dan bagian tubuh lainnya membengkak.
Perempuan hamil yang mendengkur memiliki prevalensi kelahiran sesar yang lebih tinggi dan bayi dengan berat lahir rendah.
Baca juga: Alat Ini Bisa Jadi Solusi Baru Hentikan Kebiasaan Mendengkur
Mereka mungkin juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami depresi selama kehamilan.