Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barli Asmara Ungkap Problem Olah Batik Daerah untuk Koleksi Busana

Kompas.com - 26/03/2018, 15:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Desainer ternama Barli Asmara mengolah kain batik khas Jambi untuk dijadikan koleksi busana.

Koleksinya dipamerkan pada perhelatan Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) pekan lalu. Barli 'menyulap' batik Jambi menjadi serangkaian koleksi busana era 1920-1950an.

Galeri Foto: Ragam Busana Batik Hidupkan Hari Terakhir PIFW 2018

Namun ternyata, di balik semua karya yang disuguhkan di atas catwalk, rupanya desainer kelahiran Bandung, 3 Maret 1978 itu juga menemui sejumlah hambatan.

Salah satu kendala, kata dia, adalah komunikasi yang terjadi di beberapa titik, mulai dari tingkat perajin.

"Kendala di beberapa titik selalu sama sebenarnya. Dari hulu ke hilir sebenarnya pada komunikasi," ujar Barli, dalam sebuah konferensi pers beberapa waktu lalu.

Komunikasi tersebut, sambung Barli, perlu dibangun secara intensif agar semua pihak terkait mau bekerja sama, tidak hanya untuk jangka pendek namun juga jangka panjang.

Menuruti dia, hal yang harus dilakukan tak berhenti hingga membangun kepercayaan saja, namun juga membangun komitmen jangka panjang.

Langkah itulah yang kemudian diinisiasi oleh Barli bersama Batik Berkah, UKM asal Jambi yang digandengnya selama dua tahun terakhir.

Komitmen tersebut dibangun terutama dengan memberikan pemahaman bahwa produk yang akan dihasilkan ke depannya adalah untuk konteks industri. Sehingga, kualitas produk juga perlu dijaga.

Sebab, produk-produk kain batik tersebut dibuat dengan teknik cap dan kombinasi, sehingga membutuhkan waktu untuk memproduksinya.

Baca juga: Ragam Batik Bercitra Grunge Hingga Klasik di Penutup PIFW 2018

"Untuk jaga konsistensinya juga. Meski cetakan memang belum tentu sama," ujar Barli.

Di samping itu, sebelum mencapai tahapan kolaborasi seperti sekarang, Barli juga perlu melakukan komunikasi dan memberi pemahaman.

Banyak dari mereka yang khawatir batik khasnya akan 'diobrak-abrik' sehingga hilang kekhasannya.

Barli pun melakukan pembinaan kepada para perajin, sehingga mereka bisa menghasilkan kain dengan kualitas yang tetap baik, meski ditujukan untuk penjualan masal.

"Balik lagi, kalau Batik Berkah sudah masuk era modern. Toko sudah ada tiga jadi mindset sudah bisnis."

"Perajinnya yang kami bina hingga akhirnya ada kesadaran," kata dia.

Adapun untuk PIFW 2018, Barli membawakan koleksi 20 busana yang banyak mengambil unsur tren mode 1920-1950an.

Koleksi yang menunjukkan keindahan batik khas Jambi tersebut tampak elegan dengan dominasi warna icy blue, perak, dan abu yang mengarah pada tren warna 2018-2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com