Sementara itu, kelompok lainnya menulit tentang hal-hal yang tak ada kaitannya dnegan diri mereka sendiri.
Baca: Shufa, Seni Kaligrafi China yang Bisa Mencegah Stres
Demi mendapatkan hasil yang akurat, periset melakukan pembacaan fisiologis dari stres yang dialami peserta riset lewat tingkat kortisol saliva.
Diketahui, pada awal penelitian, seluruh peserta riset memiliki tingkat kortisol saliva yang sebanding.
Selain meneliti tingkat stres, periset juga meneliti peforma para peserta dari kedua kelompok.
Hasilnya, periset menemukan fakta, peserta yang menulis catatan kegagalan di masa lalu memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah, daripada peserta yang menulis tentang hal lain.
Mereka juga menemukan, sukarelawan yang menulis tentang kegagalan di masa lalu membuat pilihan yang lebih hati-hati pada tugas baru.
Secara keseluruhan, mereka memiliki kinerja yang lebih baik daripada kelompok lainnya.
“Temuan ini menunjukkan, ternyata menulis dan berpikir kritis tentang kegagalan di masa lalu dapat mempersiapkan individu baik secara fisiologis maupun kognitif untuk tantangan baru,” ungkap DiMenichi.
Baca: 5 Manfaat Menyehatkan dari Pelukan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.