Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/03/2018, 15:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

"Beberapa orang mengalami sensasi seperti pengelihatan yang memburam atau sakit kepala seperti ditusuk-tusuk."

"Namun, intensitas migrain bisa berkurang seiring bertambahnya umur," ujar Powles.

Sayangnya, tidak ada obat untuk mengatasi migrain, namun ada hal yang bisa dilakukan untuk menghindarinya.

Powles menjelaskan, hal yang bisa dilakukan adalah istirahat di tempat yang gelap dan sepi, mengkompres bagian yang sakit dengan es atau air hangat. 

Beberapa pengobatan medis juga bisa diberikan dengan bantuan tenaga medis di sekitarmu.

"Migrain bisa dipicu banyak hal seperti alkohol, stres, kelelahan dan makanan tertentu. Jadi coba identifikasi penyebab migrainmu jika bisa," kata Powles.

Untuk mengurangi risiko migrain, minumlah banyak air, tidur cukup, terapkan diet sehat, dan hindari melewatkan makan.

Jika masih belum berhasil mengobati migrain, cobalah bicara dengan dokter.

6. Sakit kepala cluster

Sakit kepala cluster terasa sangat menyakitkan, intens, dan biasa terjadi selama enam hingga 12 minggu.

Mereka yang mengalaminya biasa merasakan sakit kepala di salah satu bagian kepala. Biasanya di sekeliling mata atau pinggir dahi.

Mengalami mata berair bahkan terkadang memerah, hingga kelopak mata membengkak dan hidung berair bersamaan.

Rasa sakit tersebut dirasakan di sisi yang sama dengan sakit kepala yang dirasakan.

Meskipun banyak dokter yang belun memahami alasan timbulnya sakit kepala ini, sakit kepala cluster dipercaya terkait dengan cidera kepala yang pernah terjadi.

Sama seperti perokok berat atau peminum berat.

Powles menyarankan bagi mereka yang mengalami sakit kepala cluster untuk berkonsultasi dengan dokter. Informasikan, mulai dari kapan mengalaminya, berapa lama dan rasa sakit yang dialami.

"Sayangnya, obat penghilang rasa sakit kadang tidak membantu mengatasi sakit kepala ini."

"Namun, para dokter biasanya mengusulkan perawatan spesifik. Mulai dari terapi oksigen dan tindakan medis lainnya," ujar Powles.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com