Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harus Punya Lisensi, Seperti Apakah Olahraga 'Downhill'?

Kompas.com - 02/04/2018, 11:24 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

BOYOLALI, KOMPAS.com - Seiring meningkatnya popularitas olahraga sepeda, seri downhill alias menuruni bukit, juga mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat.

Ini terbukti dengan adanya ratusan peserta yang turut serta dalam ajang 76 Indonesian Downhill 2018 yang digelar di kawasan New Selo, Boyolali, Jawa Tengah pada 31 Maret - 1 April 2018.

Acara ini digelar oleh Indonesian Downhill untuk mempopulerkan olahraga sepeda downhill di Indonesia, serta mencetak atlet yang siap mengharumkan nama Indonesia dalam cabang olahraga ini.

"Downhill itu bisa dikatakan hobi. Namun, di sisi lain juga bisa masuk dalam prestasi. Olahraga ini 'kan juga sudah ada di olimpiade. Yah, selain mencari bibit atlet, kita juga ingin memperkenalkan olahraga ini pada masyarakat," papar Heri selaku salah satu panitia dalam acara ini.

Hal ini mengingat bahwa olahraga downhill telah masuk dalam cabang Sea Games. Indonesia sendiri telah memiliki Risa Suseanty dan Sugianto Setiawan yang masing-masing mendapat julukan "Ratu Downhill" dan "Macan Asia" dalam cabang olahraga ini.

Lantas, seperti apakah olahraga ini?

Downhill sebenarnya sama saja dengan olahraga sepeda biasa. Yang luar biasa adalah medan ekstrem yang harus dilalui, yaitu jalur menuruni bukit atau pegunungan yang terjal.

Oleh karena itu, kawasan New Selo yang terletak di kaki Gunung Merapi ini dipilih sebagai lokasi dalam seri pembuka turnamen Downhill ini karena trek yang ada di kawasan ini dianggap mampu memacu adrenalin para pecinta olahraga ekstrem.

Sepeda downhillZoonar RF Sepeda downhill
Nah, bersepeda di medan yang ekstrem tentu perlu sepeda khusus. Maka dari sekian banyak sepeda gunung, ada yang jenisnya downhill. Umumnya sepeda ini bisa diketahui dari shock depannya yang lebih tinggi, serta kebanyakan memiliki dual suspension.

Satriya Gungdhe, selaku salah satu panitia dalam event ini mengatakan bahwa olahraga downhill ini memiliki dua jenis, yaitu downhill murni dan downhill urban.

"Downhill ini sebenarnya kegiatan sepeda gunung. Hanya saja jenisnya ada downhill murni dan downhill urban. Downhill murni itu lokasinya di pegunungan. Sementara downhill urban itu lokasinya di perkampungan. Yah, seperti yang kita selenggarakan ini," paparnya.

Baca :Kampanye Gaya Hidup Sehat, Solo Jadi Kota Pertama "Brompton 100 Kilo"

Pria berkulit putih tersebut juga mengatakan bahwa downhill yang diikutinya ini termasuk ringan karena trek yang digunakan tidak terlalu ekstrim seperti downhill murni yang menggunakan jalur sempit berbatu dan terjal.

"Downhill urban ini jalurnya lebih ringan daripada downhill murni karena medan yang dipakai cuma perkampungan penduduk. Tapi, tetap ada hambatan yang bisa dari tanah atau aspal," tambahnya.

Mengingat risiko yang tinggi dalam olahraga ini, maka peserta yang mengikuti turnamen ini juga harus memiliki lisensi yang dikeluarkan oleh PB ISSI (Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport Indonesia).

"Lisensi ini ibarat surat izin mengemudi bagi pecinta sepeda downhill. Jadi, semua peserta harus punya itu karena ini olahraga yang risikonya cukup besar. Nah, rider yang mendapatkan lisensi ini dilihat dari pengalaman mereka," papar Satriya.

 Baca juga : Panduan Memilih Sepeda Gunung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com