Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Sepeda Brompton Jakarta-Solo, Diah Merasa Awet Muda...

Kompas.com - 02/04/2018, 20:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, maka olahraga tak hanya menjadi hobi, tapi pun gaya hidup bagi banyak orang.

Salah satu olahraga yang banyak diminati adalah bersepeda. Bahkan, tak sedikit orang yang rela melakukan hal "gila" karena hobi ini, salah satunya adalah Diah Kusumo Dewi.

Ditemui usai acara "Brompton 100 Kilo" yang diselenggarakan di Solo, Sabtu (31/3/2018) lalu, Dewi yang merupakan anggota komunitas "Brompton Monas Cyclist" menguraikan kisahnya.

Dia bercerita tentang pengalaman bersepeda dari Jakarta hingga Solo untuk mudik lebaran tahun 2016 lalu.

Ia mengaku, mudik dengan menggunakan sepeda terasa lebih menyenangkan meski harus menempuh perjalanan selama empat hari lamanya.

"Naik sepeda lebih nyenengin. Apalagi waktu itu bareng sama teman-teman. Ya, naik sepeda Brompton ini," papar dia.

Meski harus terkena macet di jalur tol Brebes Timur Exit (Brexit), -misalnya. Namun Diah meyakini kemacetan yang ia alami tak sebanding dengan kemacetan yang dialami oleh para pemudik bermobil.

"Pakai sepeda Brompton ini lebih praktis kalau capek tinggal dilipat terus naik taksi. Tapi, waktu mudik itu saya full gowes."

"Cuma, kalau lagi capek ya istirahat. Kalau sudah malam kita nginep di hotel," tambah Diah.

Baca: Kampanye Gaya Hidup Sehat, Solo Jadi Kota Pertama "Brompton 100 Kilo"

Menekuni hobi sepeda, menurut wanita 38 tahun ini, membuat dia merasa lebih awet muda.

Baginya, meskipun harga sepeda Brompton terbilang fantastis, manfaat kesehatan yang ia dapatkan tak sebanding dengan harga sepeda tersebut.

Hal ini juga diamini oleh Muttaqin, rekan satu komunitasnya yang juga turut serta dalam event "Brompton 100 Kilo ini".

Menurut dia, ini adalah salah satu bentuk investasi kesehatan yang tak sebanding dengan harga sepeda yang mencapai kisaran Rp 25-50 juta rupiah itu.

"Ini 'kan investasi kesehatan. Jadi, harganya nggak sebanding dengan manfaat kesehatan yang kita dapatkan."

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com