Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2018, 05:16 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Meningkatnya kesadaran masyarakat atas pentingnya memiliki berat badan ideal, diikuti dengan semakin banyaknya jenis diet untuk menurunkan berat badan dengan cepat.

Salah satu diet yang belakangan ini sedang naik daun di kalangan artis Hollywood adalah diet Thonon, yang katanya bisa menggelontorkan lemak tubuh hingga 5 kilogram dalam 2 minggu saja. Apakah cara diet ini benar aman?

Diet Thonon adalah diet yang mengutamakan pola makan tinggi protein selama 14 hari (2 minggu) sebagai cara menurunkan berat badan dengan cepat. Setelah dua minggu, berat badan dipercaya bisa turun hingga 5 kilogram.

Diet ini juga mengharuskan seseorang memotong asupan kalori harian hingga setengahnya — dari minimal 1,200 kalori per hari menjadi hanya 600-800 kalori per hari.

Bagaimana cara melakukan diet Thonon?

Seperti layaknya aturan diet pada umumnya, diet thonon juga memiliki cara spesifik untuk menurunkan berat badan dengan cepat. Dilansir dari laman Women’s Health, jadwal makan dalam diet thonon seperti berikut ini:

  • Menu sarapan: Minum secangkir kopi atau teh tanpa pemanis. Kadang, bisa diselingi dengan susu dan sepotong kecil roti gandum.
  • Menu makan siang: Sepiring lauk tinggi protein. Misalnya, dua buah telur rebus dengan tambahan sayuran; atau ikan yang direbus dengan tambahan kombinasi sayuran.
  • Menu makan malam: Masih menu yang tinggi protein, misalnya daging steak 200 gr dengan tambahan sayuran sesuai selera

Pada intinya, menu makanan selama 14 hari dalam diet thonon adalah 3 kali makan: makan pagi, makan siang, dan makan malam. Dengan aturan, menu sarapan dan makan siang harus rendah kalori, walau jenisnya dapat disesuaikan sesuai selera.

Setelah 14 hari melakukan diet ketat, tahap selanjutnya adalah “tahap stabilisasi”. Tahap ini dimaksudkan untuk mencegah berat badan kembali seperti semula. Biasanya, fase ini akan berlangsung selama satu minggu untuk setiap penurunan satu kilogram berat badan.

Baca juga : Setelah Mulai Diet, Kapan Berat Badan Akan Turun?

Beberapa pihak yang mendukung metode ini berpendapat bahwa diet thonon merupakan solusi terbaik untuk menurunkan berat badan dengan cepat. Namun pihak yang kontra ataupun masih ragu-ragu berkata sebaliknya.

Menurut Samantha Rigoli, seorang ahli gizi di Healthy to The Core New York City, secara teori menu makanan yang monoton akan sulit dilakukan dalam jangka panjang. Mungkin kita akan mengalami penurunan berat badan di awal program diet, tapi untuk mempertahankan berat badan tersebut bukanlah yang hal mudah.

Apabila bila kita tidak bisa mempertahankan pola makan tersebut, diet Thonon akan sulit dijaga dalam jangka panjang sehingga pada akhirnya berat badan akan kembali seperti semula.

Baca juga : Diet Andalan Presenter Oscar Turunkan Berat Badan sampai 12 Kg

Selain itu, diet Thonon juga dinilai tidak sehat karena hanya mengandalkan asupan tinggi protein, tapi rendah kalori. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa pola makan tinggi protein dan serat membuat seseorang cenderung mengalami sembelit, meski pada akhirnya diet ini berhasil menurunkan berat badan dalam waktu cepat.

Pola diet Thonon juga tidak direkomendasikan untuk dilakukan anak-anak, orang tua, ibu hamil, orang yang punya penyakit jantung, pengidap gangguan ginjal, orang hipertensi, serta orang-orang yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Sebagai gantinya, jika ingin menurunkan berat badan cobalah melakukan cara yang sehat. Ia merekomendasikan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan mengganti makanan olahan dengan makanan dengan kandungan gizi yang lebih beragam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com