Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2018, 21:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita pasti tak mau mengalami kondisi alergi terhadap seks. Apalagi hubungan seks yang memuaskan adalah kunci keharmonisan suami istri. Tapi, seperti semua hal dalam kehidupan, masih ada kemugkinan kita mendapati kondisi tersebut.

Setiap jenis alergi dipicu oleh sesuatu yang memicu respon alergi dalam sistem kekebalan tubuh seseorang. Masalahnya, bukan perkara mudah mengetahui dengan pasti penyebab alerginya, terlebih alergi seks.

Lindsey Doe, seorang seksolog klinis dan pembawa acara seri Sexpectations di YouTube, menyebutkan beberapa gejala umum alergi seks, yakni sesak nafas, kulit gatal, mata berair, hidung berair, pembengkakan vagina, sesak dada, muntah, diare dan hilang kesadaran.

Nah, berikut enam hal penting yang bisa menimbulkan alergi terhadap seks:

1. Orgasme

Walau pun sangat jarang, tapi seseorang bisa saja alergi terhadap orgasme. Orang tersebut biasanya memiliki kondisi yang disebut sindrom penyakit pasca-orgasme (POIS), atau sindrom penyakit pasca-ejakulasi.

Hal ini bisa membuat seseorang merasa lemah, demam, lelah, dan mudah tersinggung, menurut Doe. Kondisi langka ini juga menyebabkan gejala mirip flu dimulai sesaat setelah ejakulasi.

"Mereka kesulitan berkonsentrasi dan berusaha melawa kepala tersumbat segera setelah ejakulasi," kata Doe seperti dikutip dari New York Post.

Dia melanjutkan, para peneliti yang memelajari POIS tidak semuanya setuju, tetapi banyak dari mereka percaya bahwa penyebabnya adalah sperma, baik pada spermanya sendiri atau wanita yang tubuhnya mengeluarkan respon alergi pada sperma pasangannya.

"Pada dasarnya protein dalam cairan memicu reaksi alergi, biasanya rasa sakit dan terbakar," tambah Doe.

Kita juga mungkin mengalami gatal-gatal, bengkak, sesak dada, pusing, diare dan kehilangan kesadaran.

Menurut penelitian Tulane University baru-baru ini, POIS pertama kali didokumentasikan pada tahun 2002 dan ada lebih dari 50 kasus yang tercatat di seluruh dunia—tetapi bisa lebih tinggi jika pria belum pernah mendengar kondisi sebelumnya.

Baca juga: Kisah Para Wanita yang Berprofesi sebagai Penguji Mainan Seks

2. Lateks

Lateks adalah salah satu bahan utama yang digunakan dalam kondom, tetapi sayangnya, banyak orang yang alergi.

Ini juga digunakan dalam beberapa mainan seks, sehingga memiliki alergi ini dapat menyebabkan sedikit masalah di ranjang.

Jika memiliki alergi lateks, kemungkinan akan mengalami iritasi vagina, gatal dan rasa seperti terbakar. Beberapa orang mungkin juga mengalami ruam.

Cara termudah untuk menentukan apakah kita memiliki alergi lateks yakni jika timbul reaksi setiap kali berhubungan seks pakai kondom atau produk lain yang mengandung lateks.

Selain itu, ada juga bahan lain dalam kondom dan alat kontrasepsi lain yang juga dapat menyebabkan reaksi buruk, yakni kasein dan paraben. Reaksi biasanya hilang dalam beberapa hari.

Tidak ada peraturan untuk produk seks, sehingga produsen tidak perlu mencantumkan semua materi dalam produk mereka walau ada kemungkinan bikin alergi. Untungnya, ada kondom non-lateks yang bisa dibeli, jadi kamu masih bisa menikmati seks tanpa rasa khawatir.

3. Pelumas

Seperti kondom, pelumas mengandung bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi.

Gejala-gejalanya akan sangat mirip—gatal, seperti rasa terbakar, bengkak, dan ruam.

“Pelumas yang menawarkan rasa, sensasi dingin atau panas dapat memiliki sejumlah tambahan yang mungkin tidak disukai sistem tubuh,” kata Doe.

Dia melanjutkan, gliserin merupakan salah satu bahan lain yang tak hanya bisa menyebabkan reaksi alergi, juga memiliki potensi untuk mengubah menjadi gula dan memicu infeksi ragi dengan gejala yang mirip dengan alergi.

Bahan pengiritasi lain yang mungkin termasuk penghilang rasa sakit benzocaine dan lidocaine, L-Arginine untuk meningkatkan gairah, nitrosamine pengawet atau nonoxynol-9 untuk membunuh sperma.

Jika merasa memiliki alergi pelumas, disarankan berhenti menggunakan pelumas untuk melihat apakah gejala hilang. Jika tidak, segera konsultasi ke dokter. 

4. Trauma

Beberapa perempuan dapat mengalami reaksi di ranjang jika memiliki hubungan buruk dengan seks.

"Sepengetahuan saya, tidak ada alergi nyata untuk hubungan seksual, tetapi ada sesuatu yang sangat dekat yang disebut dispareunia atau hubungan seks yang menyakitkan" kata Doe.

Pada dasarnya, katanya, sesuatu yang bersifat psikologis yang mengendapkan respons fisiologis. Misalnya kekerasan dalam hubungan, rasa malu atau tabu terhadap seksualitas atau kurangnya kepercayaan pada pasangan.

Gejala dispeurania termasuk rasa sakit saat penetrasi, rasa sakit saat berhubungan seks, rasa seperti terbakar yang bisa berlangsung berjam-jam setelah berhubungan seks.

Hal itu bisa disebabkan oleh masalah fisik dan emosional. Jika mengalami ini, kamu harus segera konsultasi dengan dokter.

5. Alat kontrasepsi

Beberapa perempuan mungkin mengalami respons alergi terhadap alat kontrasepsi, terutama jika baru mengubah metode kontrasepsi. Hal mudah yang bisa dilakukan adalah cari tahu apa yang terjadi setelahnya. 

"Apa gejalanya dan apa yang terjadi itu sama atau berbeda dari hari-hari tanpa ada reaksi alergi,” katanya.

Efek samping dari pil KB dapat termasuk sakit kepala, mual dan muntah, masalah perut dan diare, ruam dan tekanan darah tinggi atau rendah.

Ini mirip dengan reaksi alergi, dan jika terus berlanjut, segera konsultasi dengan dokter untuk mencari opsi lain. 

Reaksi serupa dapat terjadi dengan kontrasepsi lain seperti implan, injeksi dan NuvaRing.

6. Rutinitas pra-seks

Jangan salah, apa yang diasup sebelum berhubungan pun bisa merusak hubungan seks.

“Kamu mungkin tidak alergi terhadap seks, tetapi makanan yang dimakan sebelum hubungan seksual atau obat-obatan yang diminum sebelum tidur dan berhubungan dapat mengacaukan sistem kekebalan," kata Doe.

Beberapa hal bisa saja terjadi seperti reaksi tubuh karena menggunakan sabun yang mengiritasi kulit saat mandi. Bahan lain misalnya minyak pijat juga terkadang bisa memicu reaksi di kulit.

Jika memperhatikan reaksi alergi, pikirkan kembali apa yang telah dilakukan, kemudian coba hiilangkan terlebih dahulu, jika reaksinya tidak muncul besar kemungkinan memang itu penyebabnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com