Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenali Problem Hipertensi, Gejala, dan Pemicunya

Kompas.com - 16/04/2018, 17:31 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber hellosehat

KOMPAS.com - Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong melawan dinding pembuluh darah (arteri).

Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung.

Misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat, serta juga terkait daya tahan pembuluh darahnya.

Tekanan darah tinggi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG).

Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

Baca juga: Mencegah Supaya Tekanan Darah Naik Tidak Jadi Hipertensi

Sementara, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.

Perlu diketahui, tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah di antara kontraksi (jantung beristirahat).

Berapa seharusnya tekanan darah normal?

Memahami angka tekanan darah normal tidaklah mudah, terutama dengan istilah seperti “sistolik”, “diastolik”, dan “milimeter merkuri” (mmHg).

Namun, jika kita ingin menjaga tekanan darah tetap terkontrol, penting untuk mengetahui apa yang dianggap normal, dan kapan tekanan darah dikatakan terlalu tinggi alias hipertensi.

Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHG.

Saat angka sistolik dan diastolik berada di kisaran ini, maka kita dapat disebut memiliki tekanan darah normal.

Seseorang baru disebut memiliki darah tinggi atau mengidap hipertensi jika hasil pembacaan tekanan darah menunjukkan 140/90 mmHG.

Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengganggu sirkulasi darah.

Namun begitu, memiliki tekanan darah normal bukan berarti kita pantas bersantai.

Saat angka sistolik berada di antara 120-139, atau jika angka diastolik (angka bawah) berkisar di 80-89, ini artinya kita memiliki “prehipertensi”.

Meskipun angka ini belum bisa dianggap hipertensi, tetap saja ini di atas angka normal.

rang-orang yang sehat juga dianjurkan untuk melakukan langkah pencegahan untuk menjaga agar tekanan darah tetap berada di kisaran normal, sekaligus menghindari risiko hipertensi dan penyakit jantung.

Apabila pembacaan tekanan darah kita berada di atas 180/110 mmHg, atau jika memiliki tekanan sistolik atau diastolik yang lebih tinggi dari angka ini, kita berisiko menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius.

Angka ini menunjukkan kondisi yang disebut krisis hipertensi.

Jika tekanan darah kita sampai setinggi ini, dokter biasanya akan mengukur kembali setelah beberapa menit. Jika masih sama tingginya, kita akan segera diberi obat darah tinggi darurat.

Baca juga: Berapa Kadar Garam yang Aman Dikonsumsi Pasien Hipertensi?

Seberapa umumkah hipertensi?

Hampir semua orang dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global.

Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29 persen pada tahun 2025.

Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk Indonesia mengidap hipertensi.

Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) menunjukkan angka pengidapnya meningkat jadi 32,4 persen. Ini artinya, ada peningkatan sekitar tujuh persen dari tahun-tahun sebelumnya.

Halaman:
Sumber hellosehat
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com