"Hal itu muncul setelah memperhitungkan kelas sosial individu dan penjelasan lain tentang perasaan tertekan."
"Tetapi hal ini tidak berefek pada perempuan," ucap Dr. Alexi Gugushvili, salah satu periset dalam penelitian ini.
Menurut dia, laki-laki lebih mungkin untuk menghubungkan kesuksesan dan kegagalan dengan menunjuk pada kualitas, kemampuan, dan usaha mereka sendiri, daripada faktor-faktor yang dapat mereka kendalikan.
Baca: Kebahagiaan Orang Bergaji Besar Berpusat pada Dirinya
Peter Kinderman, Profesor Psikologi klinis di University of Liverpool berpendapat, pengalaman dari trauma masa kanak-kanak, hingga kehilangan pekerjaan dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Ia juga berkata, cara setiap individu menanggapi tantangan hidup itu unik, tetapi dapat dimengerti.
Oleh karena itu, tidak masuk akal jika memikirkan perihal penyebab dan perawatan gangguan mental.
Tapi, jauh lebih ilmiah (dan manusiawi) untuk memikirkan tentang bagaimana pengasuhan dan pengalaman dalam hidup kita telah terbentuk.
Juga, bagaimana kita memahami diri kita, tujuan kita, hubungan kita dengan orang lain dan dunia luar.
"Dari perspektif itu, temuan bahwa orang-orang merasa tertekan jika mereka merasa gagal mencapai tujuan hidup mereka (apa pun itu) sangat masuk akal."
"Tetapi itu hanyalah salah satu mekanisme yang rumit, di mana mekanisme psikologis kita untuk menilai dan mengevaluasi dunia, dan diri kita sendiri dapat mempengaruhi kesehatan mental kita," papar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.