Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesuksesan Akademik Lebihi Orangtua, Sumber Bahagia Laki-laki

Kompas.com - 18/04/2018, 10:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Kebahagiaan seorang pria terkait dengan apakah ia dapat mengalahkan pencapaian akademik orangtuanya.

Periset dari Oxford University mengungkap, pria yang gagal dengan hal tersebut, seringkali merasa menderita. Penderitaannya bahkan lebih besar dibandingkan dengan pengalaman perceraian -misalnya.

Namun, temyan ini berbeda dari wanita yang -ternyata, tidak terpengaruh secara signifikan, jika mereka gagal untuk hal yang sama. 

Berdasarkan laporan Newsweek, riset ini dilakukan di Department of Social Policy and Intervention dengan menganalisis data dari sekitar 50.000 orang di 27 negara Eropa, dan Israel.

Di dalamnya diselidiki bagaimana kecakapan akademis mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang.

Para peneliti mengkategorikan kualifikasi ke tingkat tinggi, sedang, dan rendah.

Untuk masing-masing pengelompokan berhubungan dengan gelar akademik, ijazah sekolah menengah, dan kualifikasi yang dicapai oleh siswa sekolah menengah di masing-masing negara.

Mencapai kesuksesan akademik melebihi  mereka terbukti mengurangi tekanan psikologis pada pria.

Namun, jika pria tak berhasil mencapainya, akan berefek sebaliknya.

Lebih khusus lagi, pria yang masuk kualifikasi menengah tetapi memiliki orangtua dengan pendidikan yang lebih tinggi, berisiko 75 persen untuk tertekan daripada mereka yang menyamai pendidikan orangtuanya.

Pria yang mencapai tingkat kualifikasi terendah setelah orangtua mereka mencapai kualifikasi tertinggi, berisiko 10 persen menderita secara psikologis, mirip dengan mereka yang mengalami perceraian.

Sebaliknya, laki-laki berprestasi dengan level pendidikan orangtua di bawah mereka, berisiko ringan dari perasaan tertekan, daripada mereka yang mencapai kesuksesan pendidikan setara dengan orangtuanya.

Hasil riset ini menunjukkan, peran asal-usul sosial, pencapaian dari mobilitas antargenerasi, jauh lebih signifikan bagi laki-laki daripada perempuan.

Ini menguatkan beberapa bukti sebelumnya bahwa peluang hidup pria lebih terkait dengan asal-usul sosial mereka, dibandingkan peluang hidup wanita.

"Bagi pria, pencapaian pendidikan orangtua dan mobilitas antargenerasi tetap memiliki pengaruh penting pada kesehatan psikologis mereka."

"Hal itu muncul setelah memperhitungkan kelas sosial individu dan penjelasan lain tentang perasaan tertekan."

"Tetapi hal ini tidak berefek pada perempuan," ucap Dr. Alexi Gugushvili, salah satu periset dalam penelitian ini.

Menurut dia, laki-laki lebih mungkin untuk menghubungkan kesuksesan dan kegagalan dengan menunjuk pada kualitas, kemampuan, dan usaha mereka sendiri, daripada faktor-faktor yang dapat mereka kendalikan.

Baca: Kebahagiaan Orang Bergaji Besar Berpusat pada Dirinya

Peter Kinderman, Profesor Psikologi klinis di University of Liverpool berpendapat, pengalaman dari trauma masa kanak-kanak, hingga kehilangan pekerjaan dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Ia juga berkata, cara setiap individu menanggapi tantangan hidup itu unik, tetapi dapat dimengerti.

Oleh karena itu, tidak masuk akal jika memikirkan perihal penyebab dan perawatan gangguan mental.

Tapi, jauh lebih ilmiah (dan manusiawi) untuk memikirkan tentang bagaimana pengasuhan dan pengalaman dalam hidup kita telah terbentuk.

Juga, bagaimana kita memahami diri kita, tujuan kita, hubungan kita dengan orang lain dan dunia luar.

"Dari perspektif itu, temuan bahwa orang-orang merasa tertekan jika mereka merasa gagal mencapai tujuan hidup mereka (apa pun itu) sangat masuk akal."

"Tetapi itu hanyalah salah satu mekanisme yang rumit, di mana mekanisme psikologis kita untuk menilai dan mengevaluasi dunia, dan diri kita sendiri dapat mempengaruhi kesehatan mental kita," papar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com