Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/04/2018, 19:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Area kewanitaan merupakan bagian tubuh yang sensitif, intim, dan perlu dijaga kebersihan dengan perhatian ekstra.

Kebersihan yang tidak terjaga dengan baik bisa meningkatkan risiko infeksi, dan berujung pada munculnya berbagai macam penyakit.

Dr. Mery Sulastri, Educator & Trainer Mundipharma Indonesia, menjelaskan, permasalahan di area kewanitaan banyak disebabkan karena wanita tak mengenal organ intimnya dengan baik.

Vagina memiliki suasana asam dengan pH 3,8-4,2. Lendir normal yang keluar dari vagina adalah yang tak berbau, tidak menimbulkan gatal, dan jumlahnya tidak banyak.

Juga, lendir tersebut konsisten -dalam arti, tidak encer dan tidak kental.

Pada area tersebut terdapat laktobasilus atau bakteri baik yang jumlahnya sekitar 95 persen dan jumlah itu harus terjaga.

Nah, risiko infeksi akan meningkat jika keseimbangan pH terganggu.

Baca juga: Vagina Gatal Saat Hamil? Coba Hentikan Beberapa Kebiasaan Ini...

"Dikatakan normal apabila area kewanitaan tidak ada tanda infeksi."

Demikian kata dokter Mery di sela peluncuran Betadine Feminine Wash & Wipes di Ritz Carlton Pacific Place, Selasa (24/4/2018).

Mery menguraikan, indikasi infeksi dapat dilihat dari keadaan seperti gatal, kemerahan, dan bau tidak sedap.

Juga harus dipastikan, tidak pendarahan di vagina, serta tidak ada keputihan karena disebabkan kuman penyakit.

Keputihan

Keputihan menjadi salah satu permasalahan yang paling sering dihadapi perempuan.

Keputihan biasa disertai bau tak sedap, gatal, rasa sakit saat berhubungan seksual. Lalu, muncul pula flek, hingga pendarahan ringan.

Mery menyebutkan, ada beragam penyebab yang melatari munculnya keputihan. Di antaranya adalah jamur, bakteri, dan trikomonas.

Maka, untuk mengetahui penanganan yang tepat, seorang perempuan harus mengetahui penyebab keputihan tersebut.

Baca juga: Tak Perlu Cemas, Begini Cara Mengatasi Keputihan

Mery mengatakan, bakteri adalah penyebab keputihan yang paling banyak.

Ciri-cirinya adalah area kewanitaan yang memiliki bau, amis, dan nyeri saat berhubungan seksual.

Penyebab terbanyak berikutnya adalah jamur, yang menyebabkan keputihan, dengan lendir berwarna putih susu.

Mery mengatakan, rasa gatal paling dominan pada keputihan akibat jamur seperti ini.

Sementara, trikomonas memiliki keputihan yang sedikit berbeda, yakni keluarnya cairan berwarna kuning kehijauan yang kadang berbusa.

"Jamur yang paling dominan rasa gatalnya. Kalau bakteri dan trikomonas jarang gatal," kata  Mery.

Penyebab infeksi area kewanitaan

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan peningkatan risiko vaginitis.

Faktor internal, misalnya, kebiasaan merokok, dan kebersihan diri yang kurang dijaga.

Lalu, faktor eksternal, misalnya, penggunaan alat kontrasepsi, douching berlebihan, celana dalam berbahan nilon, hingga penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Douching adalah membilas atau mencuci vagina dengan cara menyemprotkan air atau cairan lain.

Baca juga: Kapan Keputihan Dianggap Tidak Normal?

"Kalau penggunan antibiotik berlebihan jamur malah akan tumbuh subur," kata Mery.

Menstruasi

Faktor lainnya adalah menstruasi.

Menstruasi bisa mengganggu keseimbangan pH karena darah menstruasi meningkat menjadi basa atau memiliki pH sekitar 7,4.

Penggunan sabun biasa atau shower gel juga bisa menjadi faktor pengganggu keseimbangan pH area kewanitaan, karena memiliki pH sekitar 9-10.

Hubungan seksual tidak sehat dan gonta-ganti pasangan juga bisa menjadi alasan lainnya.

Baca juga: Tips Menghitung Masa Subur Berdasarkan Siklus Menstruasi

"Semen bisa meningkatkan pH-nya karena basa, sekitar 7,1-8. Itu bisa juga mengganggu keseimbangan pH area kewanitaan," ujar Mery.

Pilih celana

Kita juga harus hati-hati dalam memilih gaya hidup.

Memilih celana yang terlalu ketat atau menggunakan celana dalam berbahan nilon bisa membuat pH area kewanitaan terganggu.

Lalu, saat menggunakan toilet umum, ada pula beberapa hal yang harus diperhatikan.

Misalnya, kebersihan air. Jika ragu, maka gunakan saja pembersih kewanitaan yang mengandung antiseptik.

Tahan kencing

Meski kadang ragu dengan kebersihan toilet umum, namun hal itu juga tak bisa dijadikan alasan untuk menahan kencing.

Baca juga: Bolehkah Menahan Kencing Lama-Lama?

Sebab, menahan kencing ternyata juga bisa meningkatkan risiko infeksi di vagina.

"Enggak boleh tahan kencing. Air seni salah satunya berfungsi mem-flush kuman buruk pada area kewanitaan," kata Mery.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com