Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anemia Bikin Anak Kurang Cerdas, Bagaimana Mencegahnya?

Kompas.com - 26/04/2018, 20:42 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Anemia atau penyakit kekurangan sel darah merah juga bisa dialami anak-anak. Pengaruhnya bukan hanya membuat lesu dan lemas, tapi juga menurunnya konsentrasi, bahkan kecerdasan.

Risiko anak menderita anemia lebih besar jika ibunya juga mengalami anemia saat mengandung.

Adapun kelompok ibu dan remaja putri merupakan kelompok yang dianggap paling rentan mengalami anemia.

Hal itu diungkapkan Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Prof Endang L  Achadi pada acara penegasan dukungan Merck terhadap gerakan Indonesia Bebas Anemia di Jakarta, Kamis (26/4/2018).

"Di Indonesia, satu dari tiga ibu hamil menderita anemia," ujar Endang.

Penyebab utama anemia adalah kekurangan zat besi. Ibu yang terkena anemia akan "mewariskan" bayi yang kekurangan zat besi. Akibatnya, bayi pada usia empat hingga enam bulan bisa terkena anemia.

Intelligence quotient (IQ) anak pun bisa terganggu jika mengalami anemia.

"Kalau sejak kecil menderita anemia, IQ-nya bisa turun 10-12 poin. Lalu IQ rata-rata sudah mepet garis normal, dikurangi 10 lagi bisa kurang dari normal dan akan pengaruh terhadap ketangkasan," tuturnya.

Anemia pada bayi usia 0-2 tahun jika tidak segera ditangani dikhawatirkan akan sulit diubah.

"Penurunan kemampuan kognitif atau kecerdasan pada bayi usia 0-2 tahun yang tidak segera dikoreksi sifatnya permanen. Susah diubahnya. Maka, mulailah dari remaja agar siap saat hamil agar tak anemia."

Cegah anemia pada anak

Anemia pada anak bisa dicegah sejak dini. Pada masa kehamilan, misalnya, ibu dinjurkan rutin mengonsumsi tablet tambah darah setiap hari.

Endang menyarankan agar konsumsi tablet dimulai sejak masa prakonsepsi, atau sebelum pertemuan sel telur dan sperma. Namun, karena hal itu sulit untuk dihitung, ia menyarankan konsumsi tablet sebulan sebelum menikah.

"Satu tablet sehari untuk ibu hamil dan saat nifas. Kalau bisa selama hamil enam bulan, 180 hari 180 tablet itu bagus," tuturnya.

Setelah anak lahir, ada baiknya pula agar mereka mulai diberi makanan dengan kandungan zat besi yang cukup.

Endang membagi makanan anak 0-2 tahun ke dalam dua jenis. Jenis pertama adalah ASI eksklusif yang memiliki kandungan zat besi tinggi. Setelah memasuki bulan keenam, makanan anak perlu dikombinasikan. Misalnya dengan pangan hewani.

Keragaman gizi makanan sangat diperlukan pada anak di usia tersebut.

"Kalau dulu yang tradisional ada nasi tim, dikasih hati ayam atau sapi, kemudian ada wortel, bayam, dan nasi. Itu sebetulnya sudah bagus," katanya.

Untuk seterusnya, Endang menyarankan agar anak selalu diberi makanan bergizi seimbang dan kaya sumber zat besi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com