Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ritual Sanggaran, yang Disebut Mampu Datangkan Keuntungan

Kompas.com - 28/04/2018, 07:45 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BOYOLALI, KOMPAS.com - Kemajuan teknologi yang terus bergerak pesat, ternyata tak mampu melunturkan kepercayaan masyarakat, untuk mempercayai beragam mitos di dalam kehidupan mereka.

Salah satu mitos yang dipercaya hingga saat ini oleh sebagian masyarakat Jawa adalah ritual sanggaran yang dipercaya mampu mengabulkan semua permintaan.

Terkait dengan kepercayaan itu, banyak orang dari berbagai daerah mendatangi makam Raden Ngabehi Yosodipuro I, yang terletak di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah.

Kawasan makam Raden Ngabehi Yosodipuro telah menjadi kawasan wisata ziarah, dan setiap malam Jumat Pahing, dalam penanggalan Jawa, selalu diadakan ritual sanggaran.

"Malam Jumat Pahing itu kelahiran Raden Ngabehi Yodosipuro I, Dia itu eyang buyutnya Ranggawarsito."

"Makanya, ritual sanggaran itu diadakan setiap malam Jumat Pahing," ucap Sucoyo, selaku juru kunci makam tersebut.

Ritual sanggaran ini dimulai dengan pengambilan nomor yang dianggap sebagai keberuntungan.

Kemudian, para peziarah diwajibkan membawa bunga yang nantinya akan didoakan oleh seorang kuncen makam.

Setelah itu, mereka diharuskan menaburkan bunga tersebut di atas makam Raden Yosodipuro I sembari mengucapkan doa atau hal yang menjadi keinginannya.

Berendam

Usai ritual tersebut, setiap pengunjung akan diberi selembar janur kuning berisi penerawangan masa depan yang telah disanggarkan di dekat pusara Yosodipura.

Nah, agar penerawangan dari janur tersebut berisi hal baik, biasanya pengunjung melakukan  tirakat, misalnya dengan berendam di dalam mata air yang disebut Umbul Penging.

Ritual tersebut dilakukan dengan keyakinan untuk menyucikan jiwa.

Lokasi Umbul Pengging tak jauh dari makam. Pengunjung biasanya melakukan ritual berendam pada pukul 00.00, alias tengah malam.

Menurut sang juru kunci, malam hari dipilih untuk melakukan ritual ini kerena dianggap sebagai waktu yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk.

"Kira-kira dari usai magrib sampai lewat dini hari. Termasuk ritual kungkum (berendam) yang dilakukan pada tengah malam."

"Karena malam hari itu dianggap sebagai waktu yang tenang," kata Sucahyo, selaku juru kunci.

Setelah proses sanggrahan atau penerawangan nasib lewat media janur selesai, janur tersebut dibagikan pada para pengunjung berdasarkan nomer yang didapatkan di awal prosesi.

Baca: Mengenal Tradisi Yu Sheng Di Malam Tahun Baru Imlek

Pada setiap janur terdapat sebuah tulisan huruf Arab, yang terjemahannya bisa dibaca di sebuah papan di dekat bangunan makam.

Keuntungan

Keberadaan ritual ini ternyata mendatangkan keberuntungan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar makam.

Dengan menggunakan bahasa Jawa, Sucahyo juga menceritakan manfaat besar dari adanya ritual ini.

Setiap malam Jumat Pahing, di mana ritual ini dilaksanakan, selalu terdapat pasar yang menjual berbagai macam hal, seperti aksesoris, obat kesehatan, jasa bekam bahkan ahli dongeng juga turut menjajakan jasanya.

"Kalau pasar adanya cuma malam Jumat Pahing, yang jual malah bukan hanya warga sekitar. Banyak juga pedagang dari luar kota yang ikut jualan disini," tutur pria 58 tahun tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com