BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Suzuki

Anak Milenial "Pedenya Selangit", Simak Alasannya

Kompas.com - 04/05/2018, 07:03 WIB
Dimas Wahyu,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia selalu mendapatkan kejutan ketika generasinya berganti. Belakangan, anak-anak yang masa kecilnya kerap dimarahi karena terlalu banyak berurusan dengan video game, terlalu banyak main keluar rumah, terlalu banyak jajan, kini malah mengubah semua kebiasaan itu menjadi industri baru.

Mereka kini percaya diri (PD) atau pede untuk tampil sebagai game publisher, pembuat aplikasi, pembuat konten YouTube, mungkin juga merangkap travel blogger, influencer, hingga menjadi pebisnis kedai kopi, ayam saus keju, dan kuliner lainnya.

Pemisalan lainnya dalam hal fashion. Mereka mengenakan sneaker ke tempat kerja, dan malah makin lazim.

Mereka—yang juga disebut kelompok milenial (lahir 1980-2000) ini—tampil sesuai dengan apa yang mereka inginkan, dan seunik mungkin.

Setidaknya hal-hal di atas bisa menjadi cerminan tahap awal bagi para orangtua untuk memahami anak-anaknya yang masuk dalam generasi kekinian tersebut.

"Mereka juga terobsesi untuk semakin terkenal," tulis Joel Stein, kolumnis di Time.com dalam artikel "Millennials: The Me Me Me Generation".

Angle pengambilan gambar dan jalinan cerita akan menjadi kekuatan tambahan agar vlog disimak penonton sampai akhir.Thinkstock/lzf Angle pengambilan gambar dan jalinan cerita akan menjadi kekuatan tambahan agar vlog disimak penonton sampai akhir.
Joel dalam artikelnya itu kemudian menggambarkan asal muasal "pede selangit" generasi milenial.

Salah satunya karena tingkat pendidikan yang lebih baik, di samping era internet yang memudahkan akses akan segala hal, termasuk untuk belajar memulai bisnis, hingga mempelajari cara untuk menjadi dikenal.

Segala hal itu sebenarnya tidak muncul tiba-tiba. Orangtua anak-anak ini merupakan generasi baby boomers yang membawa revolusi sosial kepada generasi setelahnya.

Contoh kecilnya bisa dilihat dari budaya ketika orangtua-orangtua ini mulai memajang foto-foto di rumah, menunjukkan bagaimana keluarga mereka kepada siapa pun yang bertandang.

Pada era sekarang, mungkin wujudnya adalah membuat blog lalu vlog, hingga membanjiri akun media sosial dengan dokumentasi aktivitas keseharian sehingga banyak orang lalu kenal satu sama lain lebih jauh.

"(Para orangtua) golongan baby boomers ini dulu membuat semacam revolusi sosial karena memang mereka belum punya hal tersebut pada masanya," ujarnya.

Joel kemudian mengutip seorang profesor bidang psikologi di San Diego State University yang melihat bagaimana budaya orangtua menyebut anak-anaknya "jagoan", "princes" sehingga muncul perasaan spesial dan membuat tingkat percaya diri atau ke-pede-annya terus membubung.

Paparan di atas serta-merta bisa membuahkan pemahaman bagi para orangtua terhadap tindak tanduk, termasuk juga segala hal yang akhirnya dipilih oleh anak-anak ini.


Rombongan milenial beristirahat setelah berjam-jam antre masuk toko skateboard Supreme di Lafayette St, NEw York.                         Kompas.com/Wisnu Nugroho Rombongan milenial beristirahat setelah berjam-jam antre masuk toko skateboard Supreme di Lafayette St, NEw York.

Kita bukan hanya bicara mengenai jalan pikir dan hidup mereka, melainkan juga hal-hal seperti pilihan baju, sepatu, rambut, tempat tinggal, mobil, dan segala aspek dalam kehidupan yang mencirikan hal-hal baru dibanding generasi sebelumnya.

Baju dan sepatu pun semakin hari bukan sekadar fungsi, melainkan sangat penting untuk mempertimbangkan faktor estetika.

Begitu pula dengan desain interior. Manajer ruang pamer desain interior Boffi Georgetown, Julia Walter, juga membahas secara lebih detail mengenai perpaduan antar-unsur yang menarik kalangan ini. Ia mengambil contoh desain paduan rangka baja modern dengan kayu sesuai warna aslinya.

"Paduan tersebut menarik karena mengombinasikan sesuatu yang lama dengan hal baru. Orang-orang suka dengan garis yang bersifat kontemporer, tetapi juga menginginkan sesuatu yang hangat dengan memasukkan elemen lama," kata dia di Independent.co.uk.

Paparan serupa juga bisa dilihat pada mobil, contohnya bagaimana mobil seperti Suzuki Ignis tampil unik dengan dua elemen tersebut.

Ignis tampil beda di IIMS 2018Kompas.com/Setyo Adi Ignis tampil beda di IIMS 2018

Desain pilar dan insang di bagian belakangnya membawa memori, begitu juga masa-masa ketika Jimny begitu terkenal sebagai mobil segala medan untuk anak muda yang baru mulai meniti karier. Karena itu pula, tidak heran jika Ignis disebut urban SUV.

Sisi modernnya kemudian diperkuat dengan kemunculan edisi khusus Ignis Sport Edition by Suzuki Sport. Suzuki memodifikasi Ignis dengan tambahan spoiler di depan bawah, samping bawah, belakang bawah, dan belakang atas.

Bentuk-bentuk semacam itulah yang muncul di masa kekinian, demi generasi yang berubah karena toh saat ini merekalah yang memegang peranan.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com