Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2018, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Pasangan yang memilih bercerai menunjukkan tren terus meningkat, angkanya sekitar 15-20 persen setiap tahun di Indonesia. Benarkah masalah yang dihadapi pasangan "zaman now" lebih kompleks?

Alasan utama perceraian adalah ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga. Namun, faktor penyusunnya sangat banyak.

Menurut psikolog Ajeng Raviando, M.Psi, komunikasi yang tidak efektif, mimpi dan fakta pernikahan yang tidak sesuai, sampai terlalu banyak mengakses gawai, menjadi batu sandungan dalam pernikahan di era modern ini.

"Faktor lain adalah ekonomi. Di zaman sekarang ini, terutama pada pasangan milenial, suami dan istri sama-sama bekerja sehingga tidak takut bercerai karena istri juga mandiri secara finansial," katanya dalam acara talkshow yang diadakan Resik V Godokan Sirih di Jakarta (8/5).

Ajeng mengatakan, saat ini ada pergeseran nilai dalam memandang pernikahan.

"Pernikahan dianggap seperti pacaran, kalau sudah tidak harmonis dan enggak cocok, bubar saja," kata psikolog perkawinan ini.

Pernikahan, lanjut Ajeng, tidak sesederhana dongeng yang pasti berakhir indah.

Pernikahan yang langgeng butuh kerja keras dan kesabaran kedua belah pihak. "Tantangan pasangan suami istri banyak, tetapi selalu ada solusinya," katanya.

Presenter Soraya Larasati mengamini pendapat Ajeng. Setelah menikah selama 6 tahun dan memiliki dua anak, Soraya mengaku selalu berusaha membangun kemesraan dalam rumah tangganya.

"Perhatian kecil juga penting, tidak cuma menyediakan minum, tapi juga memberi pujian dan menanyakan kabarnya saat ia sedang bekerja. Terkesan sepele tapi penting," kata Soraya.

Gary Chapman dalam bukunya "The 5 Love Languages" memaparkan lima bahasa cinta. Ada orang yang mementingkan afirmasi (perilaku positif); ada yang mementingkan kebersamaan (waktu berkualitas); sebagian lain lebih menyukai hadiah; ada pula yang lebih senang bila pasangannya meladeni dan membantu; orang lain menyukai sentuhan dan belaian.

"Tiap orang memiliki bahasa cinta yang berbeda. Tugas kitalah untuk mencari tahu, mana bahasa cinta pasangan," ujar Ajeng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com