Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2018, 16:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Yanuar menyisihkan waktu khusus untuk membaca buku, karena kegiatan tersebut menurut dia memberi banyak manfaat positif.

"Saya merasa baca buku bagian untuk bikin balance, baik di pikiran maupun kehidupan. Ada waktu tenang, enggak bicara dengan siapa pun, stop sosialisasi, apalagi online."

"Coba mencari apa yang masih kurang dalam diri saya," tutur Yanuar.

Sementara Raiy Ichwana, jurnalis yang juga seorang penulis buku pemula, mengaku kerap menyempatkan diri membaca 1-2 buku dalam sehari secara bergantian.

Meski teknologi terus berkembang, namun buku fisik tetap menjadi favoritnya.

Selain mencari tahu hal-hal yang ingin diketahui, Raiy mengaku punya kesan dan pengalaman sendiri saat membaca buku, yaitu mencium aroma kertas buku yang khas.

"Saya suka wangi kertas buku. Selain itu kalau buku cetak bisa ditandatangani sama penulisnya, dan itu jadi memorabilia tersendiri," tutur dia.

Kampanye

Menurut Raiy, salah satu hal yang membuat orang malas membaca buku adalah karena melihat tebal buku atau malas membelinya.

Pemerintah pun diharapkan bergerak lebih progresif untuk merangsang minat baca masyarakat.

Misalnya, dengan kampanye di hari-hari khusus, seperti Hari Pendidikan Nasional atau Hari Buku Nasional.

"Bisa digalakkan budaya baca satu buku dalam satu hari itu, dan share di media sosial. Mungkin juga perlu ada motivasi lewat tagar #sayaIndonesiadansukamembaca," kata Raiy.

Pemerintah sebetulnya sudah mulai menunjukkan itikad baiknya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang gemar membaca.

Presiden Joko Widodo pada Hari Buku Nasional tahun lalu, misalnya, berjanji pada para pegiat literasi untuk menggratiskan biaya pengiriman buku pada hari tertentu setiap bulannya melalui PT Pos Indonesia.

Ia juga sempat berjanji akan mengirimkan 10.000 buku bacaan kepada setiap pegiat gemar membaca yang tersebar di Indonesia.

"Saya perintahkan di setiap titik, titik, titik, titik, itu dikirim paling tidak minimal 10.000 buku," ujar Jokowi usai menerima pegiat gemar membaca di Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/5/2017) lalu.

"Karena ada yang cuma punya 100 (buku). Tapi ada juga yang memang sudah punya 7.000 (buku). Ada yang cuma punya 200 (buku), tapi ada juga yang sudah punya 8.000 (buku)," lanjut Presiden.

Hari Buku Nasional yang jatuh setiap 17 Mei tinggal hitungan hari. Apa yang bisa kita lakukan, sebagai masyarakat Indonesia, untuk merayakannya?

Apakah membiarkan perayaan Hari Buku Nasional hanya seremonial belaka, atau berupaya menjadikan kegiatan membaca buku sebagai bagian dari gaya hidup?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com