JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga desainer ternama Indonesia akan memamerkan batik di markas UNESCO, Paris, Prancis, Juni mendatang.
Itu bukan lah kali pertama batik dibawa ke kelas internasional. Meski sering melanglangbuana di ranah global, bukan berarti batik sudah sangat familiar dan disukai masyarakat global.
Lalu, apa sebetulnya tantangan yang dihadapi Indonesia untuk membuat batik disukai masyarakat di seluruh dunia?
Desainer ternama Indonesia, Oscar Lawalata sebagai penggagas konsep "Batik For The World" di UNESCO, mengatakan bahwa salah satu tantangannya adalah mempresentasikan batik dengan tampilan internasional.
Namun, menurutnya hal itu harus dilakukan tanpa menghilangkan makna batik itu sendiri
"Misalnya, sekarang orang pakai batik ke kawinan sebagai jarik. Kan enggak mungkin bule dipaksa pakai jarik. Tapi, bukan juga berarti bule bikin evening gown yang Eropa banget dengan kain batik. Bukan gitu, batiknya jadi hilang," kata Oscar di Jakarta, Selasa (8/5).
Meski blazer merupakan busana yang mulanya berasal dari negara barat, namun pakaian tersebut tetap menonjolkan batik dan tak menghilangkan maknanya.
Secara luas, Oscar menilai setiap orang perlu memahami dan menghargai proses pembuatan batik agar menyukainya.
Proses pembuatan tersebut akan turut dipertunjukkan pada pameran di UNESCO mendatang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.