KOMPAS.com - Hoaks atau berita palsu seringkali mendominasi media sosial belakangan ini.
Dalam aksi terorisme beberapa hari terakhir ini misalnya, banyak sekali kabar palsu alias hoaks yang membuat resah masyarakat.
Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat harus pandai memilah-milah informasi yang tepat. Tidak semua informasi yang beredar di media bisa kita terima begitu saja.
Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk mengidentifikasi kebenaran berita yang beredar di sosial media ini?
Membedakan berita 'palsu' dan 'nyata' memang bukan hal yang mudah. Tapi, ini bukan berarti kita tak dapat melakukannya.
Dilansir dari psychologytoday, Sander van der Linden, seorang psikolog sosial dari University of Cambridge telah memaparkan lima indikator yang biasa terdapat dalam berita 'palsu.
Dengan mengenali indikator tersebut, kita bisa dengan mudah mengidentifikasi mana berita yang mengandung nilai kebenaran dan berita 'palsu'.
Berikut lima indikator yang biasa terdapat dalam berita 'palsu'.
1. Terdengar konyol untuk menjadi kenyataan
Jangan terjebak clickbait. Judul berita kerap dirancang khusus agar kita mengkliknya.
Mengabaikan clikcbait tidak hanya membuat kerugian pada perusahaan yang memproduksi berita palsu. Cara ini juga akan menghambat konten palsu ini menjadi viral.
Namun, jika kita memang harus membacanya, sebaiknya baca dengan kritis, jangan langsung percaya, dan jangan lupa bandingkan dengan sumber-sumber berita resmi.
2. Berhati-hati dengan konten berita politik
Periksalah setiap prasangka yang muncul di pikiran kita. Apakah kita langsung setuju atau menolak isi artikel dalam hitungan detik?
Berita palsu memang dibingkai untuk mewakili kepentingan kelompok tertentu.
Informasi pada berita palsu juga dibuat dengan bingkai psikologis, yang menyasar orang-orang yang kurang kritis.
Banyak riset menunjukkan bahwa manusia lebih memperhatikan dan memproses informasi yang sepaham dengan pemikirannya.
Jika kita menemukan diri sendiri sangat menyetuji atau tidak menyetujui sebuah artikel dalam hitungan detik, kita harus mewaspadai hal ini.
Berita dari media resmi biasanya netral, sedangkan berita palsu memang dibuat untuk memicu konflik dalam berbagai kelompok dalam masyarakat.
3. Berita dusta lebih cepat viral daripada fakta
Viral tidak selalu menjadi indikator yang baik tentang hal-hal yang penting.
Menurut laporan terbaru, kebohongan seringkali menyebar lebih cepat dan lebih jauh dari kebenaran.
Konten viral yang dibagikan berulang kali sering didasarkan pada hal-hal yang tidak akurat.
Alih-alih konten yang dinilai kritis, orang sering berbagi artikel berita (palsu) karena alasan pribadi.
Alasan tersebut bisa karena mereka menyukai pembawa pesan, artikel itu membahas tentang bias politik mereka, judulnya provokatif, atau hanya karena semua orang melakukannya.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satupun motif yang menjamin kebenaran berita.
Oleh karena itu, kita harus membagikan tautan berita secara selektif dan hati-hati.
4. Verifikasi sumber dan konteks
Ciri paling mencolok dari berita palsu adalah ketiadaan sumber.
Berita palsu ini mampu bertahan di tengah masyarakat karena kita terus-menerus dihujani oleh informasi ini.
Di bawah kendala kognitif, orang sering membaca tanpa rasa curiga atau tidak memperhatikan dengan seksama.
Selain itu, ketika sumbernya ada atau dibuat ada, artikel ini biasanya diolah dengan teknik yang tinggi untuk memanipulasi berita.
Banyak orang yang hidup dengan menyebarkan berita hoaks dan dibayar. Mereka ini cukup terlatih membuat orang menjadi percaya.
Tapi, mereka sebenarnya tidak memiliki pengetahuan cukup dalam masalah yang terjadi.
Meskipun terdapat fakta yang bisa diverifikasi - misalnya kutipan faktual - biasanya disajikan di luar konteks.
5. Jangan terlalu percaya dengan berita yang beredar di media sosial
Media sosial bukan situs berita yang terjamin kebenarannya.
Media sosial memungkinkan semua orang, termasuk kelompok tertentu dan juru kampanye politik untuk menyampaikan informasi yang terlihat seperti hal nyata.
Selain itu, banyak mesin pintar yang bisa menyesuaikan dengan perilaku klik yang kita lakukan sebelumnya dan keterlibatan kita dengan konten, sehingga kita jadi lebih mudah percaya.
Dengan banyaknya berita palsu yang beredar, media sosial apapun bukanlah sumber berita yang akurat.
Jadi, cobalah untuk menemukan konten berita yang andal dan akurat dari situs yang bisa dipercaya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.