Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/05/2018, 15:32 WIB
Lusia Kus Anna,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rentetan aksi terorisme yang terjadi dalam beberapa hari terakhir tentu menimbulkan rasa cemas dan takut, termasuk pada anak yang tak luput dari paparan berita dari media. 

Sebagai orangtua kita tentu harus melindungi anak dari dampak negatif pemberitaan tersebut. Apalagi dalam beberapa hari ke depan masih banyak orang yang akan membahasnya. 

“Anak memang tidak disarankan nonton berita langsung dari televisi, apalagi yang menampilkan grafis atau video aksi kekerasan,” kata psikolog Anastasia Satriyo M.Psi saat dihubungi Kompas.com (14/5).

Ia mengatakan, paparan berita tersebut berdampak negatif pada otak dan juga mental. 

Menurut Anastasia, yang menjadi masalah adalah jika kita sebagai orangtua sudah membatasi, tapi ada orang dewasa lain di rumah yang tidak memahami efek negatif pemberitaan aksi terorisme pada anak. 

Meski anak belum sepenuhnya paham pada aksi terorisme, tapi berbagai informasi tersebut bisa membangkitkan rasa ingin tahu anak.  Apalagi anak memandang lingkungan secara hitam putih. Bisa jadi mereka akan cemas dan takut. 

“Ajak anak ngobrol, sebelum menjawab pertanyaannya, cari tahu dulu apa saja informasi yang sudah ia dengar dan bagaimana pemahamannya,” kata psikolog dari lembaga psikologi Tiga Generasi ini.

Anastasia menyarankan agar orangtua menjawab pertanyaan anak secara netral, sesuai dengan tahapan perkembangan anak. 

“Misalnya kalau anak bertanya alasan mengapa teroris melakukan aksinya, bisa kita jawab ‘karena mereka berpikir tindakan itu bisa membuat mereka mendapatkan apa yang diinginkan’, “ katanya. 

Baca juga: Mencegah Efek Negatif Berita Serangan Terorisme pada Anak

Pada anak usia sekolah, kita bisa memberi penjelasan sesuai dengan pelajaran yang didapatnya di sekolah. Misalnya tentang persatuan, bela negara, dan sebagainya.

“Tekankan pada anak bahwa di dunia ini ada orang baik atau pun yang jahat, tapi bukan agamanya. Beri contoh konkret tentang perbuatan baik seseorang yang agamanya berbeda,” katanya. 

Dalam memberi penjelasan pada anak usia balita, hindari penggunaan jargon yang sulit dipahami anak. Misalnya, alih-alih memakai kata “teroris” gunakan saja kata “pengebom”.

Rasa nyaman

Tularkan semangat tidak takut pada anak dengan menunjukkan rasa tenang. Sampaikan pada anak bahwa mereka aman jika bersama ayah bundanya atau ada di sekolah.

Untuk menguatkan rasa nyaman anak, tonjolkan hal-hal positif dari peristiwa tersebut. Misalnya tentang kerja keras pak polisi menangkap pelaku. 

“Yang diutamakan adalah cerita-cerita humanis dari semua pihak yang berusaha menciptakan kedamaian,” ujar penulis buku “Anti Panik Mengasuh Bayi 0-3 Tahun” ini.

Baca juga: Mengatasi Kecemasan Setelah Serangan Terorisme

Anastasia menegaskan, jika orang dewasa bercerita ke anak akan ketakutannya, maka anak akan semakin cemas. 

Waspadai jika anak merasa takut seperti mengalami mimpi buruk, atau ada kemunduran lain dari perilakunya.  Ajak anak untuk berkonsultasi dengan psikolog.

“Pada anak yang terdampak langsung pada peristiwa tersebut, tentu butuh penanganan khusus,” katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com