Sementara bakat adalah salah satu yang juga penting diberikan perhatian agar bisa dikembangkan.
Kendati demikian ada beberapa aturan penting dalam keluarga ini, misalnya, tak dilakukan hukuman fisik, melainkan pendisiplinan positif.
“Kalau sampai ketahuan ada hukuman fisik, maka akan dibawa ke pidana,” ujar Hadi.
Di Indonesia sendiri, SOS Children’s Village baru resmi masuk tahun 1972, sementara di dunia sudah berdiri sejak 1949.
Adalah Agus Prawoto, tentara yang sempat bertugas di Austria yang akhirnya tertarik membawa konsep SOS Children’s Village diterapkan di Indonesia.
Hingga kini, tercatat sudah ada 114 rumah yang tersebar di 8 villages dalam 10 lokasi berbeda.
“Villages kami benar-benar merefleksikan masyarakat setempat, termasuk di Indonesia,” kata Presiden Direktur SOS Children’s Villages International Shiddarta Kaul.
Menghargai perbedaan
Selain soal akademik, dan kebutuhan kasih sayang orangtua—anak-anak di sini juga diperhatikan perihal pendidikan karakter, salah satunya mengenai perbedaan.
Sejak kecil, menurut Hadi, anak-anak diajarkan soal menghargai perbedaan, sehingga mencegah berkembangnya pemikiran-pemikiran sempit soal keberagaman.
“Meskipun berbeda (agama, suku dan ras), anak-anak kami hidup berdampingan,” ujar Hadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.