Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/05/2018, 07:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Maag, sakit tenggorokan, hingga gangguan konsentrasi menjadi penyakit yang banyak dialami saat orang mulai berpuasa.

Namun, ternyata memasuki pertengahan Bulan Ramadhan, penyakit yang banyak dialami masyarakat berganti menjadi diare.

"Sakit lambung berkurang, tapi sakit diare meningkat," kata Konsultan Gastroenterologi Hepatologi PB-PABDI, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD- KGEH, MMB, FINASIM, FACP dalam sebuah diskusi yang digelar Kalbe di Jakarta, Rabu (30/5/2018).

Beberapa kebiasaan di bulan puasa menjadi penyebab banyak orang mengalami diare. Salah satunya adalah jajan sembarangan saat berbuka puasa.

Padahal, kata  Ari, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun sudah menyampaikan bahwa setidaknya 5-10 persen jajanan ta'jil mengandung bahan berbahaya. Misalnya, formalin dan boraks.

"Kalau di pinggir jalan orang main beli saja," tuturnya.

Di samping makanan yang berpotensi mengandung bahan berbahaya, kebiasaan masyarakat yang kerap "balas dendam" saat berbuka puasa juga menjadi penyebab diare.

Baca juga: Panduan Memilih Makanan Bagi Penderita Maag

Ari menambahkan, kita memang dianjurkan mengkonsumsi gizi kompleks setiap harinya. Namun, bukan berarti kita bisa menjadi pemakan segala dan berlebihan.

Terkadang porsi makan buka juga terlalu banyak karena dianggap menggantikan makan siang yang terlewat.

"Kalau terlalu kompleks dan variasinya terlalu macam-macam, bisa memicu diare. Biasanya baru timbul di pagi harinya," kata Ketua Umum Perhimpunan Endoskopi Indonesia itu.

"Misal, buka air es, sirup, lalu gorengan, cokelat. Jadi terlalu kompleks makanan yang dikonsumsi."

Penyebab lainnya mengapa banyak orang mengalami diare di pertengahan bulan puasa adalah karena kebiasaan makan sahur dengan makanan buka puasa yang dipanaskan.

Baca juga: Penyebab Panas Dalam Rentan Menyerang Saat Puasa

Namun, jangan khawatir, tak semua makanan yang dipanaskan bisa memicu diare. Menurutnya, menghangatkan makanan diperbolehkan asalkan makanan disimpan di kulkas dengan suhu rendah.

Sementara, makanan yang dipanaskan setelah disimpan di luar kulkas dengan suhu kamar (tanpa AC) selama lebih dari enam jam akan mengalami kontaminasi.

Menaruh makanan di kulkas juga tak bisa sembarangan, melainkan harus dikemas dalam bungkus yang terpisah dengan makanan lainnya agar tidak rusak.

"Jadi, kita harus ingatkan masyarakat pandai-andai memilih makanan. Kadang saat kita lapar, makanan yang tidak enak menjadi enak. Basi sedikit kadang kita menafikan," ucap Ari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com