Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2018, 12:58 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kecepatan jalan kaki ternyata bisa memberi petunjuk terhadap risiko kematian.

Sebuah studi yang dipublikasikan di The British Journal of Sports Medicini menemukan, mereka yang gemar jalan cepat atau jalan dengan kecepatan rata-rata, memiliki risiko kematian dini lebih sedikit (20 persen lebih rendah) daripada mereka yang lamban dalam berjalan.

Di samping itu, mereka yang memiliki kecepatan jalan rata-rata atau cepat juga memiliki risiko kematian karena penyakit kardiovaskular lebih rendah.

"Pesan utamanya adalah jalan cepat adalah hal baik untuk membuat kita lebih sehat," kata peneliti studi, Emmanuel Stamatakis, Profesor bidang aktivitas fisik, gaya hidup dan kesehatan populasi di University of Sydney School of Medicine di Australia, kepada TIME.

Baca juga: Hubungan Kecepatan Berjalan dan Pikun di Usia Tua

Ilustrasi jalan kakiShutterstock Ilustrasi jalan kaki
Para peneliti studi menggunakan data dari dua survei kesehatan, yakni Health Survey for England dan The Scottish Health Survey.

Mereka menganalisa lebih dari 50 ribu data orang dewasa Inggris dan Skotlandia, yang melaporkan kebiasaan jalan kaki mereka dalam kecepatan yang beragam. Ditambah dengan analisa pengukuran kesehatan lainnya.

Mereka mencatat partisipan yang sudah menerapkan kecepatan jalan rata-rata selama sembilan tahun. Dari 3.617 orang, 1.000 di antaranya meninggal karena penyakit kardiovaskular.

Studi ini tentu tak bisa secara definitif mengatakan bahwa mereka yang gemar jalan cepat memiliki kesehatan yang lebih baik. Namun, orang-orang yang sehat cenderung berjalan lebih cepat daripada orang-orang yang sakit.

Dengan kata lain, kecepatan melangkah bisa memperkuat jantung lebih baik daripada berjalan lamban.

Baca juga: Terungkap, Hubungan Berjalan Lambat dan Risiko Serangan Jantung

Ilustrasi berjalan kakichris-mueller Ilustrasi berjalan kaki
Stamatakis mengaku, kecepatan berjalan bukanlah hal yang mudah untuk diubah. Kita memerlukan usaha lebih untuk meningkatkan kecepatan jalan kita hingga bisa meraih manfaatnya.

"Terhadap individu yang melakukan olahraga sangat sedikit, jalan sangat sedikit (di bawah tiga atau empat ribu langkah per hari) dan atau tidak sehat secara fisik, menaikkan kecepatan langkah dalam beberapa menit hingga mereka kehabisan nafas menjadi awal yang baik untuk membangun kebugaran," ujar Stamatakis.

Ia menambahkan, hubungan kecepatan berjalan kaki dan risiko kematian lebih dikhususkan pada orang dewasa yang memiliki risiko penyakit kardiovaskular dan kematian karena penyakit tersebut, ketimbang orang muda.

Studi tersebut menggunakan catatan kecepatan berjalan pribadi yang bisa saja misklasifikasi karena belum terverifikasi dan bergantung pada referensi pribadi.

Baca juga: Negara Manakah yang Penduduknya Paling Malas Berjalan?

Peneliti juga belun meneliti soal efek dari perubahan kecepatan berjalan. Meskipun, studi tersebut menyampaikan hasil yang jelas soal hubungan kecepatan berjalan dan kesehatan.

Pada akhirnya, Stamatakis menyimpulkan bahwa berjalan kaki, tak peduli seberapa cepat atau lambat, adalah kebiasaan yang sehat dan harus dilakukan secara rutin.

"Kecepatan berjalan memang penting. Tapi, pertama-tama dan terutama, kita perlu menekankan pentingnya jalan kaki, dengan kecepatan dan intensitas seperti apapun," kata Stamatakis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sederat Karya Mendiang Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo

Sederat Karya Mendiang Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo

Feel Good
3 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Fitting Baju Pengantin Adat Batak

3 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Fitting Baju Pengantin Adat Batak

Look Good
Jarang Beli, Rania Yamin Lebih Sering Pakai Baju Eyang

Jarang Beli, Rania Yamin Lebih Sering Pakai Baju Eyang

Look Good
Pendiri Mustika Ratu Meninggal Dunia, Ketahui 6 Fakta Mooryati Soedibyo Sang 'Empu Jamu'

Pendiri Mustika Ratu Meninggal Dunia, Ketahui 6 Fakta Mooryati Soedibyo Sang 'Empu Jamu'

Feel Good
Pendiri Mustika Ratu Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun, Ini Sederet Kiprahnya

Pendiri Mustika Ratu Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun, Ini Sederet Kiprahnya

Feel Good
Tips dan Cara Tepat Menyimpan Baju Pengantin di Rumah

Tips dan Cara Tepat Menyimpan Baju Pengantin di Rumah

Look Good
Zodiak yang Paling Setia dalam Hubungan dan Pertemanan, Apa Saja?

Zodiak yang Paling Setia dalam Hubungan dan Pertemanan, Apa Saja?

Feel Good
Awas, Terlalu Lama Main Gawai Picu Tantrum pada Anak

Awas, Terlalu Lama Main Gawai Picu Tantrum pada Anak

Feel Good
Viral Bayi Meninggal Setelah Dipijat Nenek, Begini Cara Menolak Saran Pengasuhan Orang Terdekat 

Viral Bayi Meninggal Setelah Dipijat Nenek, Begini Cara Menolak Saran Pengasuhan Orang Terdekat 

Tanya Pakar - Parenting
Ada Tempat Bikin Baju Pengantin Batak di Jakarta, Apa Warna Terfavorit?

Ada Tempat Bikin Baju Pengantin Batak di Jakarta, Apa Warna Terfavorit?

Look Good
Cerita Para Atlet Disabilitas, Tetap Semangat di Tengah Keterbatasan

Cerita Para Atlet Disabilitas, Tetap Semangat di Tengah Keterbatasan

Feel Good
Sering Disepelekan, Ini 6 Kebiasaan yang Menurunkan Fungsi Otak

Sering Disepelekan, Ini 6 Kebiasaan yang Menurunkan Fungsi Otak

Feel Good
9 Kebiasaan Sederhana yang Membuat Otak Cerdas dan Pintar

9 Kebiasaan Sederhana yang Membuat Otak Cerdas dan Pintar

Feel Good
6 Jenis Kain yang Berbahaya bagi Bayi, Ketahui Risikonya 

6 Jenis Kain yang Berbahaya bagi Bayi, Ketahui Risikonya 

Feel Good
Apakah Baju Pengantin dan Tunangan Adat Batak Harus Beda?

Apakah Baju Pengantin dan Tunangan Adat Batak Harus Beda?

Look Good
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com