Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/06/2018, 10:01 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah sampah plastik sudah semakin mengkhawatirkan. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam kurun waktu 2002-2016, terjadi peningkatan komposisi sampah plastik dari 11 persen menjadi 16 persen.

Presentase komposisi sampah di kota besar bahkan mencapai sekitar 17 persen.

Masalah ini memang merupakan tugas seluruh pihak. Namun, bisa dimulai dari kita sendiri.

"Jadi, cita-cita kita bersama, 30 persen pengurangan sampah di 2025 artinya semua orang Indonesia harus bisa mengurangi sampahnya di sumber mereka sendiri. Di rumah, sekolah, kantor," Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik pada diskusi pengelolaan sampah plastik oleh Danone Aqua di Jakarta, Selasa (5/6/2018).

Sementara itu, Guru Besar Pengelolaan Udara dan Limbah Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri menilai sampah plastik sudah merupakan masalah lama dan edukasi harus terus dilakukan.

Namun, yang jadi pertanyaan adalah sampai kapan edukasi itu harus terus dilakukan jika tak ada perubahan.

"Kadang kalau kita melakukan (mengelola sampah), orang lain tidak melakukan gimana. Harusnya kita dipaksa. Karena kalau menunggu perilaku terbentuk akan sulit," kata Prof. Enri.

Baca juga: Warga Boyolali Sulap Sampah Plastik Jadi BBM

Pegiat Isu Lingkungan Nadine Chandrawinata, Direktur of Sustainable Development Danone Aqua Karyanto Wibowo, Guru Besar Pengelolaan Udara dan Limbah Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri, Kepala Subdirektorat Barangdan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik, serta Asisten Deputi Pendayagunaan IPTEK Maritim, Kementerian Koordinator Maritim, Nani Hendiarti (paling kiri ke kanan) dalam diskusi pengelolaan sampah plastik oleh Danone Aqua di Jakarta, Selasa (5/6/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Pegiat Isu Lingkungan Nadine Chandrawinata, Direktur of Sustainable Development Danone Aqua Karyanto Wibowo, Guru Besar Pengelolaan Udara dan Limbah Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri, Kepala Subdirektorat Barangdan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik, serta Asisten Deputi Pendayagunaan IPTEK Maritim, Kementerian Koordinator Maritim, Nani Hendiarti (paling kiri ke kanan) dalam diskusi pengelolaan sampah plastik oleh Danone Aqua di Jakarta, Selasa (5/6/2018).

Mulai dari hal kecil

Kata siapa pengelolaan sampah plastik tak bisa dimulai dari diri sendiri? Setidaknya, kita mulai dengan perilaku membuang sampah makanan misalnya saat kita berada di sebuah acara.

Biasanya, kata Prof. Enri, masyarakat cenderung manja dan setelah makan hanya menaruh piring makanan tanpa membuang sisa makanannya.

"Enggak pernah secara sadar setelah makan menaruh piring di pojok, kalau perlu sebelumnya makanan sisanya disisihkan. Sampah plastik dimana, yang lain dimana. Harus secara sadar dimulai," kata Prof. Enri.

Hal ini sebetulnya bisa mulai dibiasakan. Menurutnya, perlu ada yang mengorganisir misalnya lewat pengumuman yang diberikan oleh pengisi acara. Sehingga tamu yang menyantap hidangan bisa membuang sisa makanan di tempat yang telah disediakan.

Nadine Chandrawinata berpose usai menghadiri acara #BijakBerplastik di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Selasa (5/6/2018).KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG Nadine Chandrawinata berpose usai menghadiri acara #BijakBerplastik di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Selasa (5/6/2018).
Pemilahan sampah sudah diterapkan secara tegas di beberapa negara, seperti Jepang, Taiwan, atau Korea. Perilaku tersebut bahkan sudah sampai tingkat kesadaran masyarakat.

Prof. Enri mencontohkan, kebiasaan memilah sampah oleh penghuni apartemen. Mereka yang tidak melakukannya bahkan bisa ditegur oleh tetangga apartemen.

"Kalau di negara lain kita tinggal di apartemen, kalau tidak memilah tetangga sebelah bisa marah jadi terpaksa melakukan. Kalau di sini, semua enggak melakukan ya kita enggak lakukan," tuturnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com