Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2018, 07:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Rasa gembira atau bahagia mungkin menjadi emosi terbaik yang dirasakan manusia. Rasa sukacita ini bisa timbul pada peristiwa besar seperti pernikahan, atau sesederhana tim bola kesayangan menang.

Pada level emosional, kita bisa merasakan kegembiraan itu dalam berbagai cara; eforia, air mata menetes, atau pun kepuasan mendalam.

Dari kacamata ilmiah, kita merasakan kegembiraan dalam neurotransmiter, yakni ketika sel "kurir" yang sangat kecil mengirim sinyal diantara saraf dan sel tubuh.

Neurotransmiter itu bertanggung jawab pada proses dan perasaan di setiap aspek tubuh, mulai dari aliran darah sampai pencernaan.

Secara umum, inilah yang terjadi pada bagian tubuh kita ketika rasa sukacita itu muncul.

1. Otak
Semua emosi yang kita rasakan dipengaruhi oleh otak, demikian juga sebaliknya.

"Otak tidak memiliki satu pusat emosi, tetapi emosi yang berbeda melibatkan struktur yang berbeda," kata Diana Samuel, asisten profesor bidang psikiatri klinik di Columbia University Medical Center.

Kita merasakan gembira karena dilepaskannya dopamin dan serotonin, dua jenis neurotransmiter di otak. Keduanya terkait erat dengan kebahagiaan.

Jadi, saat sesuatu yang dipersepsikan sebagai kegembiraan terjadi, otak akan menerima sinyal untuk melepaskan kedua zat kimia itu ke sistem saraf pusat.

Baca juga: 8 Cara Sederhana untuk Dongkrak Kebahagiaan dalam Hidup

2. Sistem sirkulasi
Sadarkah kamu, ketika sedang gembira, pipi akan merona merah dan detak jantung lebih cepat?

Menurut Samuel, ini terjadi karena pengaruh sistem sirkulasi.

"Kepak kupu-kupu di perut, ekspresi muka, bahkan perubahan suhu di jari, semua dipengaruhi oleh emosi. Efek dari sistem sirkulasi bisa muncul secara fisik," katanya.

Bahagia bukan satu-satunya emosi yang memengaruhi, tapi juga rasa takut, sedih, dan emosi lain, akan menyebabkan reaksi di tubuh.

3. Sistem saraf otonomi
Ini merupakan sistem saraf yang bertanggung jawab pada semua hal yang terjadi di tubuh tanpa disadari, misalnya bernapas, pencernaan, atau membesarnya pupil.

Sistem saraf ini dipengaruhi oleh rasa bahagia dan gembira. Misalnya, napas lebih cepat saat kita melakukan sesuatu yang menyenangkan, seperti naik roller coaster. Atau pupil mata membesar ketika kita terangsang.

Rangsangan emosi juga berpengaruh pada otot halus yang terletak di dinding organ berongga, misalnya perut, usus, atau kandung kemih.

Baca juga: Bedakan Sifat Pemalu dengan Gangguan Kecemasan Sosial

Menipu

Ternyata kita tidak harus merasakan kegembiraan besar untuk membuat tubuh memiliki reaksi tersebut.

Kita pun dapat mengelabui otak agar mengira kita sedang gembira. Caranya sesederhana tersenyum.

"Senyuman bisa mengelabui otak sehingga mood akan naik, stres berkurang. Senyum tidak harus didasarkan pada emosi yang nyata. Yang palsu pun punya efek sama," ujarnya.

Cara lain adalah olahraga. Aktivitas fisik ini terbukti bisa mengurangi gejala depresi dan kecemasan.

"Olahraga akan merangsang otak mengeluarkan hormon bahagia, serta mengurangi perasaan negatif," kata Samuel.

Jadi, ketika suasana hati sedang muram, cobalah berjalan-jalan ke taman, bermain dengan hewan kesayangan, atau memeluk orang tercinta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com