Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/07/2018, 15:20 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orangtua menginginkan anaknya serba bisa, punya banyak kemampuan, berprestasi, dan pandai bersosialisasi. Akibatnya, tak sedikit yang mendaftarkan anak-anaknya ke berbagai macam les, kursus, dan kegiatan.

Mulai dari kegiatan tambahan di sekolah seperti ekstrakulikuler, hingga kegiatan di luar sekolah.

Namun, orangtua perlu berhati-hati. Jangan biarkan kegiatan anak terlalu padat, sehingga masa kanan-kanaknya terenggut. Termasuk hilangnya waktu kebersamaannya dengan keluarga.

"Anak-anak yang memiliki jadwal kegiatan terlalu padat akan tak punya waktu menjadi anak-anak, dan keluarga mereka tak memiliki waktu pula untuk menjadi keluarganya," kata dokter anak Deb Lonzer, MD, seperti dilansir dari Cleveland Clinic.

Anak-anak dengan jadwal sangat padat seringkali lalai menjaga pola makan dan tidurnya, bahkan tak memiliki cukup waktu untuk berteman.

Hal ini akan memicu depresi, kecemasan dan hambatan bagi anak dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.

Baca juga: Tempat Terbaik Untuk Anak Tumbuh, Di Mana Posisi Indonesia?

Realistis

Ilustrasi keluarga bahagiaDragonImages Ilustrasi keluarga bahagia
Bagi para orangtua, cobalah memikirkan berapa lama waktu luang yang bisa digunakan untuk bersama dengan anak.

Jika waktu yang tersedia hanya beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sekali karena jadwal anak padat, tandanya ada kegiatan anak yang perlu disesuaikan.

Dr. Lonzer meyakini, aktivitas anak tak perlu dibuat padat setiap hari. Ia menyarankan orangtua agar membebaskan anak memilih tiga kegiatan favoritnya untuk dijalankan.

Cobalah patuh dengan kegiatan tersebut. Jika anak ingin menambah kegiatan lainnya, pastikan mengeliminasi satu dari tiga kegiatan tersebut.

"Membantu anak memilih aktivitas akan memberikan banyak manfaat, baik untuk anak maupun orangtua, terhadap waktu yang mereka akan investasikan," ujar Dr. Lonzer.

Baca juga: Gawai Sebabkan Anak Terlambat Bicara, Benarkah?

Pentingnya waktu bersantai

Ilustrasi anak membaca bukuKOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Ilustrasi anak membaca buku
Dengan membatasi aktivitas, orangtua bisa mengalokasikan waktu bersantai bagi anak untuk rileks, bermain dengan teman, dan berkumpul bersama keluarga.

"Keseimbangan antara aktivitas dan kesenangan serta waktu beristirahat akan membantu anak melihat apa saja hal yang paling penting," ucap Dr. Lonzer.

Namun, pastikan waktu santai tersebut tidak menjadi "screen time". Dr. Lonzer mengatakan, aktivitas berlebihan tetap lebih baik ketimbang membiarkan anak bermalas-malasan dengan ponsel, tablet atau televisi.

"Selama waktu bersantai, alat elektronik harus dimatikan," kata dia.

Selain itu, cobalah selipkan kegiatan yang membangun kreativitas dan imajinasi pada waktu main mereka. Buatlah waktu tersebut menjadi kegiatan menyenangkan.

"Misalnya dengan memberikan kotak kartu, papan catur atau mainan lain ketimbang mainan tak berguna," kata Dr. Lonzer menyarankan.

Baca juga: Tak Perlu Khawatir Saat Anak Bermain Sendiri

Jika anak memiliki teman-teman untuk bermain, jangan terlalu ketat mengatur waktu main mereka. Biarkan mereka bereksplorasi dan menemukan hal-hal baru.

Sedangkan ketika mereka mengaku bosan, berilah keleluasaan dengan memberi solusi.

Selain itu, jangan larang anak untuk berkhayal. Berkhayal kedengarannya seperti menghabiskan waktu, namun hal itu mampu menghidupkan otak mereka.

Ketika anak cenderung tak tertarik bergabung dengan anak-anak lainnya hal itu tak perlu dikhawatirkan. Beberapa anak cenderung lebih senang bermain sendiri dengan mainannya.

Memaksa anak untuk bergabung dengan kelompok anak yang tidak diinginkannya akan membuat anak cenderung berontak.

Baca juga: Ajari Anak Keberagaman Sedini Mungkin

Atur waktu keluarga

Ilustrasi anak gembirapat138241 Ilustrasi anak gembira
Orangtua harus mengalokasikan waktu anak bersama keluarga. Salah satunya bisa dengan menyediakan waktu sekitar 20 menit untuk main bersama.

Kebersamaan telah terbukti efektif membangun imajinasi anak dan menguatkan hubungan antar anggota keluarga.

Hal ini akan mengurangi tingkah laku yang mengandung risiko seperti mencoba narkoba, bahkan membantu mereka melalui masalah berat badan ketika tumbuh besar.

Baca juga: Jenis Olahraga Anak Sesuai Usia dan Perkembangannya

Para orangtua juga bisa mengajak jalan anak-anaknya. Tinggalkan alat-alat elektronik sesaat dan nikmati pengalamannya. Orangtua dan anak bisa membangun dialog berkualitas selama jalan-jalan.

Pada kesempatan tersebut, jangan bicarakan soal sekolah, pekerjaan rumah atau memikirkan pekerjaan orangtua.

Bantulah anak untuk memahami bahwa menikmati momentum adalah hal yang bagus.

"Sampaikan pada mereka, tak perlu khawatir dengan hal-hal yang akan terjadi. Mari pikirkan saja hal yang terjadi saat ini," kata Dr. Lonzer.

Terakhir, Dr. Lonzer menyarankan untuk menjunjung keseimbangan hidup.

"Biarkan anak melihat orangtuanya bersemangat, tidak bermalas-malasan atau gemar menumpuk pekerjaan. Namun tunjukkan bahwa kita (orangtua) mampu mengatur waktu dengan baik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com