KOMPAS.com - Sushi merupakan makanan khas Jepang yang memiliki banyak penggemar di Indonesia.
Sayangnya, pakar nutrisi Jessica Perez, menyebut beberapa pola sajian sushi bisa membawa dampak buruk terhadap kesehatan.
Misalnya, sushi yang digoreng. Bahkan, beberapa di antaranya memiliki kandungan nutrisi yang sama seperti kentang goreng.
Tentu, tak masalah jika kita hanya sesekali mengonsumsinya dan tidak setiap hari.
Lantas, bagaimanakah batas aman dalam mengonsumsi makanan ini?
Barbie Boules, selaku pakar diet bersertifikat dari Amerika Serikat, mengatakan suhi memang menjadi salah satu pilihan makanan yang sehat.
"Makanan yang terbuat dari rumput laut, nasi, sayuran, dan ikan ini memiliki kandungan nutrisi yang tinggi," paparnya.
Namun, ikan seringkali mengandung bahan merkuri.
Baca juga: Polusi Merkuri Picu Rendahnya Kelahiran Kura-kura Betina
Calire Martin, pakar nutrisi dari California, AS, mengatakan merkuri dapat menyebabkan sakit kepala, memperlambat perkembangan, kerusakan otak dan kegagalan organ.
Kabar baiknya, tidak semua ikan terpapar bahan merkuri.
"Semakin tinggi posisinya pada rantai makanan, semakin besar kemungkinannya terpapar merkuri," papar Martin.
Baca juga: Bahaya Kesehatan di Balik Makan Sushi
Jadi, ikan berukuran besar yang memakan ikan lebih kecil - seperti ikan todak, tuna ahi, ikan bass dan mackerel - adalah jenis ikan yang cenderung mengandung merkuri tinggi.
"Sebaiknya kita membatasi konsumsi ikan yang biasa dijadikan bahan sashimi, onigiri, atau lainnya," kata Martin.
Martin mengaku telah membatasi konsumsi ikan tersebut tidak lebih dari dua kali dalam seminggu.
Namun, menurut Martin, sushi maki sering terbuat dari jenis ikan yang mengandung merkuri lebih rendah, misalnya salmon, kepiting, udang dan belut.
Baca juga: Cacing Pita 6 Meter Hidup di Perut Pria Ini karena Doyan Daging Mentah