Dari penelitian ini, hanya 31 persen sampel penelitian adalah para ayah. Selain itu, terungkap, dari 806 kunjungan ketika ayah menyelesaikan kuesioner pemeriksaan depresi, 36 pria diperiksa positif depresi. Jumlah ini hampir setara dengan proporsi ibu yang didiagnosa serupa.
Namun, setelah dievaluasi lebih mendalam, hanya 12 orang yang benar-benar positif depresi.
Temuan ini menunjukkan, banyak ayah tidak terdiagnosa dan tidak diobati untuk depresi.
Perlu dicatat, penelitian ini memiliki keterbatasan, karena hanya dilakukan di lima klinik pediatrik di Indianapolis, dan mungkin memiliki hasil berbeda di tempat lain.
Gejala depresi pada ibu dan ayah mungkin berbeda. Misalnya, para ibu bisa saja tiba-tiba menangis ketika mengurus anaknya, sementara para ayah mungkin menjadi lebih cepat marah, mengonsumsi alkohol, atau mengubah kebiasaan kerja.
“Hampir semua orang tua baru lelah, tetapi jika seorang ayah (atau ibu) terus-menerus merasa sedih, tidak dapat menikmati hal-hal yang biasanya mereka nikmati atau merasa tertekan, mereka dapat mulai dengan berbicara dengan dokter anak mereka,” saran Dr. Craig Garfield, peneliti pediatrik di Northwestern University dan Lurie Children's Hospital of Chicago.
Transisi menjadi orangtua memang tidak selalu mulus, itu sebabnya jangan segan mencari bantuan.
“Anak-anak tumbuh dengan baik ketika orangtua berkembang,” kata Garfield.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.