Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/07/2018, 09:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Melihat statistik perceraian memang menakutkan karena tiap tahun angkanya terus bertambah. Berdasarkan laporan CNN 2017, dalam satu jam terdapat 30 kasus perceraian di Indonesia.

Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan seseorang, kita tak boleh menilai apakah perceraian adalah solusi terakhir yang keliru atau tidak.

Hanya ada satu hal untuk mencegah perceraian ini, yaitu berpikir matang sebelum memutuskan menikah.

Beberapa pakar menyarankan kita untuk menunggu waktu setahun untuk berpacaran dan mengenal kepribadian calon pasangan sebelum memutuskan untuk menikah.

Namun, setiap pasangan memiliki garis waktunya masing-masing. Ada beberapa pasangan yang dengan cepat mengetahui bahwa orang yang saat ini bersamanya adalah jodoh. Tapi, ada juga yang butuh waktu lama untuk memastikannya.

Setiap tahapan pernikahan akan menghadapi tantangan baru. Itu sebabnya, jika komitmen dan ikatan emosional tidak kuat, banyak pernikahan akhirnya kandas menghadapi "ranjau-ranjau" dalam pernikahan.

Anita Chlipala, terapis pernikahan dan keluarga menyebutkan, masa romantis pacaran biasanya hanya terjadi beberapa bulan. Setelah itu, kita bisa melihat pasangan secara lebih realistis.

"Jika masih baru pacaran dan langsung memutuskan menikah, kita mungkin tak melihat sisi sesungguhnya dari pasangan sampai pernikahan terjadi," katanya.

Memang tak semua pasangan yang cepat-cepat menikah pasti akan gagal, namun proses adaptasi terhadap sifat, kebiasaan, dan cara berpikir, pasangan akan dilalui dalam pernikahan dan ini sering tidak mudah.

Baca juga: 5 Tanda Kekasih Sudah Siap Bertemu Orangtua

Psikoterapis klinis Leslie Beth Wish berpendapat masa pacaran yang terlalu lama tanpa ada kepastian untuk komitmen lebih serius, justru indikasi dari hubungan yang tak berjalan maju.

"Biasanya mereka cenderung tak menemui kesepakatan untuk memasuki komitmen yang lebih serius," paparnya.

Hubungan semacam ini biasanyan membutuhkan peristiwa dramatis agar terjadi perubahan. Misalnya, salah satu jatuh sakit atau akan ditugaskan bekerja ke kota lain, yang akhirnya kedua pihak bersedia untuk menikah.

Baca juga: Menikah dengan Biaya Mahal Rentan Cerai, Benarkah?

Bagaimanapun, menurut Wish, pernikahan yang bahagia butuh fondasi yang kuat, bukan situasi krisis.

Jadi, jika ingin mengurangi peluang perceraian, jangan buru-buru menikah setelah memiliki kekasih, cobalah untuk saling mengenal lebih dalam.

"Kenali lebih dalam pasangan kita, dan lihat bagaimana perasaan kita setelah satu tahun masa pacaran," tambah Wish.

Jika kita masih merasa yakin dan mencintainya seperti awal masa pacaran, ini saat yang tepat untuk melangkah ke jenjang pernikahan.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com