Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Mencukur Rambut di Kemaluan, Wanita Harus Tahu...

Kompas.com - 02/08/2018, 22:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rambut di area vital wanita bisa menjadi hal dilematis.

Beberapa wanita memutuskan untuk mencukurnya demi keindahan. Namun, beberapa juga membiarkannya tumbuh untuk alasan kesehatan.

Riset menunjukkan, mayoritas perempuan memutuskan untuk mencukur bulu di area vagina.

Namun, sebesar 60 persen wanita mengalami setidaknya satu komplikasi kesehatan karena mencukur rambut kemaluan.

Para ahli mengatakan mencukur bulu di area vital memang berpotensi mendatangkan efek negatif.

Dr Vanessa Mackar, Konsultan Obstetrician dan Ginekolog dari Royal College of Obstetricians and Gynecologists, Inggris, menyebut rambut di vagina dapat menjadi dasar untuk menjaga kebersihan.

Baca juga: Hai Wanita, Pahamilah Beragam Penyebab Infeksi Vagina

"Rambut kemaluan menjadi penghalang alami untuk menjaga kebersihan, untuk mengurangi kontak dengan virus dan bakteri, dan untuk melindungi kulit halus vulva," katanya.

Menurut dia, rambut kemaluan juga mencegah partikel asing seperti debu dan bakteri patogen yang masuk ke tubuh.

Selain itu, rambut di area vagina juga membantu mengontrol kelembaban area yang menurunkan risiko infeksi jamur.

Mencukur rambut kemaluan, baik dengan pisau cukur atau waxing, kata Mackar, dapat berisiko iritasi dan membuat folikel rambut yang tertinggal terinfeksi.

Mencukur rambut kemaluan juga dapat meninggalkan luka mikroskopis.

"Ketika iritasi itu dikombinasikan dengan lingkungan yang hangat dan lembab di area kelamin, ini mendatangkan risiko berkembangnya bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit," tambah dia.

Rambut kemaluan di daerah genital juga membantu meminimalkan kontak kulit dengan seseorang yang mungkin sudah memiliki penyakit menular seksual.

Ini terjadi karena rambut di area vital akan membantu mencegah kontraksi.

"Mencukurnya bisa sangat merugikan karena membuat wanita berisiko lebih tinggi terkena penyakit kelamin, seperti kutil kelamin," kata Mackay.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com