Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2018, 10:45 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Walau mayoritas platform media sosial mensyaratkan usia minimal penggunanya adalah 13 tahun, nyatanya banyak anak-anak yang sudah memiliki akun media sosial dan aktif menggunakannya.

Media sosial dan internet memang menjadi tantangan baru bagi orangtua di era informasi ini.

Seorang ahli saraf terkemuka dari Inggris, Baroness Susan Greenfield mengatakan sosial media memiliki efek buruk pada kematangan emosional anak-anak, membuat mereka memiliki mental seperti anak berusia tiga tahun.

Menurutnya, terlalu sering menggunakan media sosial dan video game membuat anak-anak tidak dapat berkomunikasi satu sama lain dan berpikir untuk diri mereka sendiri.

Ini terjadi karena mereka terus mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatian mereka.

“Apa yang saya prediksi adalah orang-orang akan menjadi seperti anak usia tiga tahun, dalam hal emosional, keberanian ambil risiko, keterampilan sosial yang buruk, identitas diri yang lemah dan fokus yang pendek,” katanya.

Berdasarkan penelitian tahun 2014 dari Virginia University dan Harvard University, para siswa lebih memilih mendapat kejutan elektrik daripada dibiarkan berpikir sendiri tanpa gangguan selama 10 menit.

Menurut Greenfield, riset tersebut menunjukan manusia perlu stimulasi konstan dari lingkungan mereka setiap saat dan tak lagi mampu merenungkan isi pikiran sendiri.

Hal ini dapat sangat merugikan bagi anak-anak.

Baca juga: Jangan Ragu Tegur Orangtua yang Asyik Main Gadget

Orangtua harus kembali memperkenalkan kegiatan nyata seperti berkebun, olahraga dan membaca sebagai cara untuk mengurangi waktu anak bermain dengan ponsel dan menstimulasi imajinasi mereka.

Namun, anak-anak membutuhkan contoh yang nyata. Ini berarti orangtuanya harus lebih dulu mampu melakukan detoks digital.

Atur waktu secara teratur, misalnya satu jam tanpa gawai di siang hari, atau hari minggu bebas gawai di rumah.

Ahli detoks digital bernama Tanya Goodin menyebutkan, berdasarkan riset, anak-anak yang dijauhkan dari perangkat digital selama seminggu lebih peka terhadap komunikasi non-verbal pada orang lain daripada anak yang aktif bermain gawai.

Goodin juga menambahkan penggunaan perangkat yang berlebihan juga memberi efek jangka panjang pada kepekaan bahasa tubuh untuk membaca, hidup, bekerja, sekolah dan dalam hubungan antar sesama.

Ia juga mengklaim anak-anak yang menggunakan media sosial dan aktif menggunakan perangkat digital rentan menderita depresi dan rendah diri, serta menjadi lebih narsistik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com