JAKARTA, KOMPAS.com – Hipertensi merupakan penyakit yang amat berbahaya dan dapat menyebabkan komplikasi atau penyulit lanjut, seperti stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal.
Hipertensi bisa disebabkan sejumlah kondisi, seperti faktor usia, keturunan, obesitas, hingga merokok.
Namun, kondisi depresi dan stres ternyata juga bisa memicu hipertensi.
“Sudah ada studinya bahwa mereka yang memiliki tekanan darah tinggi berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi dan gangguan kecemasan.”
Demikian diungkapkan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Jantung Harapan Kita, Bambang Widyantoro seusai konferensi pers di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Baca juga: Berbagai Penyebab Hipertensi yang Harus Kita Ketahui
Oleh karena itu, ia menyarankan kita untuk berkonsultasi dengan spesialis jiwa jika merasakan gangguan psikis berat. Meskipun menurutnya masih ada pandangan di masyarakat awam bahwa mereka yang datang menemui spesialis jiwa dianggap “orang gila”.
Padahal, depresi dan gangguan kecemasan harus dikenali dan dikonsultasikan sejak awal supaya tidak berlanjut.
Sebaliknya, hipertensi sendiri selain menyebabkan penyulit fisik juga bisa memengaruhi kondisi psikologis. Seseorang yang memiliki hipertensi juga bisa mengalami peningkatan depresi dan gangguan kecemasan.
Namun, ia meluruskan pandangan awam tentang seseorang yang sering marah-marah dianggap memiliki hipertensi.
“Tidak seperti yang beredar di masyarakat awam kalau sering marah-marah pasti hipertensi. Tidak begitu,” tuturnya.
Baca juga: Mengenali Problem Hipertensi, Gejala, dan Pemicunya
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.