Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2018, 18:28 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comHipertensi merupakan penyakit yang amat berbahaya dan dapat menyebabkan komplikasi atau penyulit lanjut, seperti stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal.

Hipertensi bisa disebabkan sejumlah kondisi, seperti faktor usia, keturunan, obesitas, hingga merokok.

Namun, kondisi depresi dan stres ternyata juga bisa memicu hipertensi.

“Sudah ada studinya bahwa mereka yang memiliki tekanan darah tinggi berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi dan gangguan kecemasan.”

Demikian diungkapkan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Jantung Harapan Kita, Bambang Widyantoro seusai konferensi pers di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Baca juga: Berbagai Penyebab Hipertensi yang Harus Kita Ketahui

Oleh karena itu, ia menyarankan kita untuk berkonsultasi dengan spesialis jiwa jika merasakan gangguan psikis berat. Meskipun menurutnya masih ada pandangan di masyarakat awam bahwa mereka yang datang menemui spesialis jiwa dianggap “orang gila”.

Padahal, depresi dan gangguan kecemasan harus dikenali dan dikonsultasikan sejak awal supaya tidak berlanjut.

Sebaliknya, hipertensi sendiri selain menyebabkan penyulit fisik juga bisa memengaruhi kondisi psikologis. Seseorang yang memiliki hipertensi juga bisa mengalami peningkatan depresi dan gangguan kecemasan.

Namun, ia meluruskan pandangan awam tentang seseorang yang sering marah-marah dianggap memiliki hipertensi.

“Tidak seperti yang beredar di masyarakat awam kalau sering marah-marah pasti hipertensi. Tidak begitu,” tuturnya.

Baca juga: Mengenali Problem Hipertensi, Gejala, dan Pemicunya

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi
Bambang menekankan pentingnya setiap orang rutin mengecek tekanan darah. Tekanan darah normal diusahakan berada di bawah angka 140 (sistolik) dan 90 (diastolik).

Angka ini berlaku untuk segala umur, sehingga perlu perhatian lebih jika angkanya di atas batas tersebut.

“Umur berapapun ketika menyentuh 140 atau 90 di bawahnya sudah termasuk hipertensi," paparnya.

"Penting juga diketahui walaupun semakin tinggi usia tekanan darah memang naik, tapi kita tidak bisa permisif atau toleran bahwa usia tua wajar punya tensi tinggi,” kata pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Baca juga: Kondisi Bukan Penyakit yang Bisa Bikin Tekanan Darah Naik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com