Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah "Personal" Memulihkan Trauma Pasca Bencana

Kompas.com - 09/08/2018, 23:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber Meetdoctor

KOMPAS.com - Beberapa hari lalu, gempa bumi yang mengguncang Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan mengakibatkan kerusakan besar, serta menelan banyak korban jiwa.

Baca juga: 7 Fakta Terbaru Gempa Lombok, dari Gempa Susulan hingga Pencuri Merajalela

Mereka yang terdampak bencana gempa mengungsi ke tempat-tempat aman. Bagi yang terdampak dan selamat dari kejadian ini tentu ada trauma yang membekas. 

Gangguan trauma pasca bencana adalah sebuah kondisi gangguan kesehatan mental akibat peristiwa mengerikan. 

Hal ini juga terjadi pada peristiwa bencana alam, seperti gempa bumi.

Trauma bisa dialami sendiri, atau pun disaksikan secara langsung oleh seseorang. Pada gilirannya, korban bencana pun biasanya rentan terhadap stres.

Laman Meetdoctor menguraikan sejumlah langkah yang dapat diambil untuk membantu memulihkan kondisi psikologis dari pengalaman traumatis.

Baca juga: BERITA FOTO: Suasana Terkini Pasca-Gempa Susulan Bermagnitudo 6,2 di Lombok NTB

Salah satunya adalah sebisa mungkin meminimalkan paparan media yang memberitakan tentang bencana tersebut. 

Memang ada sebagian orang yang dapat dengan mengontrol perasaan dengan menonton liputan media, atau dengan mengamati upaya pemulihan.

Namun banyak juga yang malah teringat kembali kejadian mengerikan yang mereka alami, jika menonton tayangan atau membaca hasil iputan media.

Ekspos berlebihan terhadap gambar peristiwa —seperti berulang kali memutar klip video di media sosial atau situs berita — dapat menciptakan tekanan traumatis pada orang-orang yang tidak terpengaruh langsung.

Oleh karena itu, membatasi informasi dari media bisa menjadi pilihan bijak untuk mengobati pengalaman traumatis.

Baca juga: Gempa 7SR, Saya Nangis, Lampu Mati, Anak-anak Trauma

Selanjutnya, ada sejumlah langkah yang dapat diambil untuk membantu memulihkan kesejahteraan emosional setelah pengalaman traumatis.

1. Ketahuilah dan sadari bahwa berbagai emosi dan intensitasnya akan berkurang seiring waktu.

2. Dukungan dari dari orang-orang yang peduli, akan amat membantu mereka yang mengalami trauma. Maka mencari dukungan semacam itu mungkin dapat sangat membantu.

3. Mereka yang mengalami pengalaman traumatis ada kalanya membutuhkan tempat untuk berbagi.

Hal itu bisa dilakukan kepada kawan dekat, keluarga, kerabat, atau menumpahkannya di dalam buku harian.

4. Bergabung dengan kelompok dukungan lokal yang dipimpin oleh para profesional yang terlatih dan berpengalaman, juga bisa menjadi "obat" bagi mereka.

5. Penderita pengalaman traumatis amat disarankan untuk membangun rutinitas dalam berbagai hal. Baik itu pekerjaan, hobi, urusan rumah tangga, dan hal lainnya.

Baca juga: Kapolri Akan Terjunkan Polwan untuk Trauma Healing Korban Gempa Lombok

Namun, satu hal utama yang harus selalu diperhatikan, jika gangguan ini terjadi berkepanjangan, maka penderita trauma harus melakukan konsultasi dengan psikolog atau profesional kesehatan mental.

Beberapa jenis terapi yang diberikan adalah kognitif, perilaku, kognitif-perilaku, interpersonal, humanistik, psikodinamik atau kombinasi dari beberapa gaya terapi.

Terapi bisa untuk individu, pasangan, keluarga atau kelompok lain.

Beberapa psikolog dilatih untuk menggunakan hipnosis, yang menurut penelitian telah terbukti efektif untuk berbagai kondisi termasuk kecemasan dan gangguan suasana hati.

Untuk beberapa kondisi, terapi dan pengobatan adalah kombinasi pengobatan yang paling berhasil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com