JAKARTA, KOMPAS.com — Hoaks tidak hanya terjadi di ranah politik dan sosial, namun juga merambah ke dunia kesehatan khususnya terkait HIV/AIDS.
Kabar bohong ini dibuat dengan berbagai macam tujuan, mulai dari menciptakan ketakutan terhadap kelompok tertentu, keresahan di masyarakat, mendiskreditkan profesi medis, hingga urusan politik, dan persaingan dagang.
Apapun alasannya, hoaks memperburuk stigmatisasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan menghambat tenaga medis serta aktivis dalam mengampanyekan pencegahan HIV/AIDS dan perawatan ODHA.
Baca juga: Lelaki Berisiko Tinggi Jadi Target Pencegahan HIV/AIDS
Selain itu, stigmatisasi ini membawa konsekuensi dahsyat bagi ODHA.
Sebutlah, soal diskriminasi sosial (termasuk dalam pekerjaan), isolasi di masyarakat, bahkan keluarga dan penghilangan hak-hak dasar terhadap mereka.
Kepada Kompas.com, dokter Adyana Esti, tenaga medis Klinik Angsamerah Jakarta mengungkapkan, setidaknya ada 10 hoaks terkait HIV/AIDS yang masyarakat perlu tangkal dan pahami faktanya.
1. HIV/AIDS dapat ditularkan melalui penggunaan pisau cukur
Penggunaan pisau cukur bergantian tidak menularkan HIV/AIDS, sebab virus tersebut mudah mati di udara bebas.
Meski demikian, penggunaan pisau cukur bergantian tidak disarankan, -bukan karena penyebaran HIV/AIDS, melainkan karena masalah higienitas.
2. HIV/AIDS dapat menular melalui penggunaan alat makan
Virus HIV/AIDS tidak dapat ditularkan melalui penggunaan alat makan, sebab virus yang mudah mati di udara bebas.
Selain itu, air liur tidak mengandung cukup virus untuk ditularkan.
Baca juga: [HOAKS] Pesan Berantai Stiker di ATM Bisa Rekam PIN, Ini Penjelasannya
HIV/AIDS hanya dapat menyebar melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).
3. Virus HIV dapat ditularkan melalui makanan kaleng yang diinjeksi darah mengandung virus.
Virus HIV mudah mati di luar tubuh manusia. Makanan kaleng juga melewati proses sterilisasi, dan biasanya tetap diproses sebelum disantap, sehingga virus mudah mati.