Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/08/2018, 12:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia kerap masih rancu dalam membedakan HIV dan AIDS.

Kerancuan terkait pemahaman tersebut yang lalu menciptakan persepsi, orang dengan HIV sudah pasti terkena AIDS. Atau, orang dengan HIV tinggal menunggu waktu untuk meninggal.

“Ini yang salah kaprah di masyarakat," kata dokter Adyana Esti, tenaga medis Klinik Angsamerah, Jakarta, kepada Kepada Kompas.com.

Esti menegaskan, orang dengan HIV masih bisa hidup normal dan mengejar mimpi mereka, asal mendapat pengobatan yang cepat dan tepat.

Baca juga: Berciuman Bisa Tularkan Virus HIV/AIDS, Hoaks Atau Fakta?

"HIV tidak selalu berakhir dengan AIDS, namun orang dengan AIDS sudah pasti terserang virus HIV," ujar dia.

Esti menjelakan, HIV adalah jenis virus (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang kekebalan tubuh manusia.

Virus tersebut menyerang T cell, yang merupakan salah satu bagian dari sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh, saat ada kuman patogen yang masuk ke dalam tubuh, termasuk virus dan penyakit.

Bila T cell rusak, maka tubuh akan kehilangan kemampuan mengenali virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.

Baca juga: 6 Hal tentang Infeksi HIV yang Jarang Disadari...

Sementara, AIDS adalah kondisi yang timbul akibat rusaknya sistem pertahanan tubuh karena virus HIV.

"Sehingga, orang dengan AIDS adalah orang yang terserang virus HIV," sebut Esti.

Nah, rentang waktu HIV berubah menjadi AIDS sangat relatif, tergantung perawatan dan kecepatan penanganannya.

"Harapan hidup orang yang terinfeksi HIV bisa selayaknya orang normal, bila ditangani dan mendapat pengobatan yang tepat," kata dia.

ODHA dan ARV

ARV adalah obat yang dipakai untuk menghambat aktivitas virus HIV agar tubuh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memiliki kesempatan untuk membangun sistem kekebalan.

Bila sistem kekebalan tubuh ODHA baik, maka tubuh mampu melawan infeksi yang datang, sehingga mereka memiliki kualitas hidup yang baik dan harapan hidup yang lebih panjang.

Dengan pengobatan dan kontrol yang baik dan benar maka sangat mungkin ODHA memiliki pasangan yang bukan ODHA, dan tidak menularkan.

Begitu juga ibu dengan ODHA bisa melahirkan anak yang tidak terinfeksi HIV.

“Sampai saat ini ARV masih disubsidi oleh Pemerintah. Hingga dapat diperoleh dengan gratis."

"Akses ARV pun bisa sampai ke tingkat Puskesmas. Diharapkan ke depan nanti semakin banyak ODHA yang mau mengakses ARV ini."

Baca juga: Terobosan Baru, Nanopartikel Antivirus Hancurkan Virus Dengue dan HIV

"Pemerintah juga perlu menjaga ketersediaan ARV ini sampai ke pelosok”, tambah Esti.

Selanjutnya, demi mempermudah masyarakat mendapatkan informasi terkait kesehatan seksual, Institusi Angsamerah menyediakan fasilitas dan konsultasi bagi masyarakat.

Warga bisa datang ke Klinik Yayasan Angsamerah di daerah Panglima Polim Raya, Jakarta Selatan, dengan tarif yang amat terjangkau.

Rendahnya tarif di klinik itu bisa dilakukan karena adanya subsidi dari institusi Angsamerah, lembaga nasional dan pemerintah, lembaga donor internasional, hingga donor yang menyumbang secara individu.

Selain di Panglima Polim, warga juga bisa mengakses layanan kesehatan dan konsultasi di klinik Angsamerah, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com