Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbahayakah Berat Badan Naik Usai Berhenti Merokok?

Kompas.com - 16/08/2018, 07:12 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber nypost.com

KOMPAS.com - Berat badan bertambah adalah efek yang bisa terjadi saat menghentikan kebiasaan merokok.

Tentunya, ini menjadi kekhawatiran besar terkait dengan masalah kesehatan yang disebabkan oleh obesitas.

Namun, riset dari AS mengatakan jika pertambahan berat badan tersebut bukanlah masalah besar.

Riset yang dipimpin oleh peneliti dari Harvard menemukan, mereka yang memutuskan untuk berhenti merokok setidaknya menurunkan 50 persen risiko kematian dini akibat penyakit jantung dibandingkan dengan perokok.

Baca juga: Merokok Vs Obesitas, Mana yang Risiko Kematiannya Lebih Tinggi?

Dr Willam Dietz, ahli kesehatan masyarakat dari George Washington University, mengatakan riset ini sangat bermanfaat untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat akan kenaikan berat badan yang terjadi setelah memutuskan untuk berhenti merokok.

"Riset ini menjelaskan kesehatan kita membaik, bahkan jika berat badan bertambah karena berhenti merokok," kata Dietz.

Menurutnya, masih banyak orang yang belum memahami hal ini. Riset dari Swedia juga menemukan berhenti merokok adalah hal terbaik yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk mengurangi risiko kematian dini.

Faktanya, nikotin dalam rokok memang dapat menekan nafsu makan dan meningkatkan metabolisme.

Karenanya orang yang berhenti merokok namun tidak meningkatkan aktivitas olahraga mengalami peningkatan nafsu makan dan pertambahan berat badan.

Mereka biasanya mengalami rata-rata kenaikan berat badan kurang dari 4,5 kilogram. Tapi, dalam beberapa kasus kenaikan berat badan tersebut terjadi hingga tiga kali lipatnya.

Baca juga: Apa Merokok Bisa Bikin Kurus? Ini Faktanya

Kenaikan berat badan merupakan bentuk paling umum dari penyebab diabetes, penyakit di mana kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya.

Diabetes dapat menyebabkan masalah termasuk kebutaan, kerusakan saraf, penyakit jantung dan ginjal serta aliran darah menuju kaki yang buruk.

Dalam penelitian di AS, para peneliti menganalisis lebih dari 170.000 pria dan wanita selama sekitar 20 tahun.

Periset juga memberi kuesioner kesehatan pada para peserta setiap dua tahun.

Orang yang terdaftar dalam penelitian adalah mereka yang saat ini tidak termasuk menjadi bagian dari perokok.

Baca juga: Berhenti Merokok Bikin Kulit Wajah Pria Lebih Segar

Halaman:
Sumber nypost.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com