Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2018, 17:34 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Stres menandai seseorang bahwa dia hidup. Namun, stres berkepanjangan dan tak tertangani dengan baik justru bisa menimbulkan masalah.

Konselor sekaligus trainer Harmoni Ezra mengungkapkan, pada dasarnya ada dua cara menangani stres, secara emosional dan problem solver (memecahkan masalah).

Cara emosional lebih kepada pengalihan saat stres, seperti pergi ke mal, nonton film favorit, hingga mendengarkan musik ketika bekerja. Seseorang baru merasa lebih lega jika melakukan kegiatan tersebut.

Cara kedua, kata Harmoni, adalah memecahkan masalah, di mana seseorang yang dalam kondisi stres langsung 'menabrak' masalah tersebut untuk diselesaikan.

"Agar lebih baik, dua cara itu harus berjalan dan dilakukan bersama," ujar Harmoni di acara talskhow bertajuk #UbahStigma, di @america, Jakarta, Sabtu (18/8/2018).

Selain dua kelompok cara tersebut, terdapat beberapa cara sederhana lain untuk mengelola stres.

Baca juga: Kabar Gembira, Indonesia Menjadi Negara dengan Tingkat Stres Rendah

Harmoni menyarankan melakukan teknik pernapasan 4-2-6, tarik napas empat hitungan, tahan dua hitungan, kemudian lepaskan enam hitungan. Lakukan cara tersebut berkali-kali, terutama saat stres.

"Sebab saat stres, kita seringkali lupa bernapas, sehingga teknik pernapasan ini memaksa kita untuk bernapas," kata Harmoni.

"Saat bernapas, oksigen masuk ke otak dan cara itu bisa membuat lebih rileks dan rasional."

Jakoep Ezra, founder perusahaan konsultan dan training Power Character menambahkan, ada beberapa cara lain ketika stres mendera, seperti melakukan aktivitas fisik yang berfungsi untuk mengembangkan psikomotorik.

Kita juga bisa 'curhat' sebagai satu cara lain melepaskan stres.

"Saya memiliki teman curhat, driver saya sendiri. Dia cukup menjawab 'iya' dan 'oh gitu'. Cara seperti itu untuk merasa didengar," ujar Jakoep.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah menyendiri dan tidak menemui siapa pun. 'Me time' ini berfungsi agar kita lebih dekat dengan diri sendiri.

Terakhir adalah self exploration, antara lain ke rumah ibadah, berdoa yang erat berkaitan dengan Spiritual Quotient (SQ).

"Yang tidak boleh dilakukan saat stres adalah berkumpul juga dengan orang yang mengalami stres juga," kata Jakoep.

Sebab, berkumpul dengan orang yang mengalami stres juga akan berdampak buruk. Kita akan menanggung beban orang yang mengalami stres tersebut.

"Jadi sebelum curhat, tanya dulu, apakah juga sedang stres. Jika iya, lebih baik tidak usah curhat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com