Menurutnya, warna memiliki peran besar dalam hal itu karena orang-orang tanpa sadar memprosesnya dalam otak.
Sadar atau tidak, warna memiliki konotasi tersendiri dan kita membuat penilaian berdasarkan itu.
Jika kita memilih warna yang tidak konsisten dalam pesan yang disampaikan, maka kita berisiko membuat konsumen bingung dan citra label pun menjadi lemah.
Contohnya, ketika kita menjalankan bisnis makanan sehat. Kita cenderung memilih warna yang bisa menyampaikan pesan produk kita, seperti nuansa hijau dan warna tanah.
Sekarang, coba ingat lampu taksi, tanda hazard, tanda berhenti, atau dua garis kuning pada jalan. Semuanya berwarna merah atau kuning.
Warna merah membuat konsumen lapar dan impusif (atau siap membeli). Sementara kuning membuat konsumen senang dan nyaman.
Penjual menyebut penggunaan merah dan kuning secara berulang sebagai teori "saus dan mustard".
Bahkan, memikirkan teori itu saja sudah membuat kita lapar, bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.